Category: Kegiatan

Review Hari Ketiga di Pelatihan Dasar-dasar Partisipasi Publik (3)

Masih ingat apa langkah selanjutnya setelah dilakukan identifikasi teknik, yang kita bahas diawal artikel?, yup, betul sekali, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah identifikasi elemen pendukung untuk implementasi rencana. Menerapkan rencana partisipasi publik membutuhkan penerapan elemen dukungan dasar. Ini termasuk waktu (yaitu, penjadwalan); sumber daya (mis. anggaran, personil, dll.); rencana komunikasi pendukung, dan peran serta tanggung jawab yang ditentukan.

Rencana partisipasi publik perlu memuat jadwal waktu terperinci dari proses pengambilan keputusan serta kegiatan partisipasi publik dalam proses keputusan tersebut. Informasi yang akan diberikan kepada publik dan masukan/saran dari publik harus diatur waktunya sehingga hak publik untuk mendapatkan kesempatan dalam mempengaruhi proses keputusan dapat terfasilitasi dengan baik. Sudah menjadi hal umum dimana seringkali tenggat waktu keputusan/jadwal proyek menentukan jadwal waktu dari partisipasi masyarakat.

Perencanaan untuk anggaran dan sumber daya juga tak kalah pentingnya dalam rencana partisipasi publik. Penganggaran untuk partisipasi publik merupakan hal yang perlu dipantau. Jangan memulai proses partisipasi publik yang membutuhkan sumber daya yang tidak tersedia. Pastikan rencana partisipasi publik berisi perkiraan anggaran terperinci dan identifikasi semua sumber pendanaan. Selanjutnya adalah membuat perencanaan untuk peran dan tanggung jawab. Peran dan tanggung jawab hadir dalam tiga konteks, diantaranya adalah konten (mereka yang menyediakan, menerima, dan menganalisis data), proses (mereka yang mendesain dan mengimplementasikan proses), hubungan (mereka yang berinteraksi dengan para pemangku kepentingan).

Detail operasional, identifikasi dini terhadap kebutuhan operasional proses diperlukan. Lebih detailnya adalah identifikasi dan persiapkan untuk lokasi‐lokasi potensial yang memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan dan teknik, ukuran fasilitas dan akustik, kebutuhan peralatan audio‐visual, pameran/gambar, catering, persyaratan kepegawaian, asuransi, kebutuhan lainnya. Persiapkan rencana komunikasi, buat draf rencana komunikasi untuk mendukung rencana partisipasi publik Anda. Informasi tentang unsur‐unsur yang perlu dipertimbangkan untuk dimasukkan dapat ditemukan di bagian modul perencanaan efektif partisipasi publik. Kombinasi penjelasan dari pelatih dengan slidenya dan modul dapat menjadi pembuka wawasan yang cukup mumpuni.

Tak berasa sudah berada dipenghujung artikel, inilah langkah atau kegiatan terakhir dalam merancang rencana partisipasi publik, tidak lain dan tidak bukan adalah menetapkan metodologi evaluasi. Kenapa sih perlu evaluasi?

Evaluasi selama proses adalah untuk mengujinya dalam kata lain untuk mengidentifikasi bidang-bidang yang perlu ditingkatkan dan menyelesaikan masalah yang muncul, meninggalkan evaluasi hingga akhir proses partisipasi mengurangi nilainya. Sebagai penutup dari pembahasan modul perencanaan efektif dari partisipasi publik, pelatih selanjutnya menjelaskan perencanaan komunikasi dan partisipasi publik.

Mulai dari model dasar komunikasi, mitos komunikasi, pengembangan pesan utama, komunikasi resiko, persepsi resiko, memahami nilai/kebutuhan/motivasi/pemangku kepentingan, dan menutup rangkaian (closing the loop). Bagaimana, sudah paham mengenai perencanaan efektif partisipasi publik?. Sudah merasa puas dengan review ini?, kurang lengkap? Yaa, namanya juga review, ringkasannya saja, namun jangan berkecil hati, review ini tidak berhenti disini saja. Masih ada kelanjutannya, akan bersambung modul kedua yaitu teknik efektif partisipasi publik. Tunggu diartikel kami yang segera publish.

pelatihan dasar-dasar partisipasi publik 2018

Review Hari Ketiga di Pelatihan Dasar-dasar Partisipasi Publik (2)

Diartikel sebelumnya sudah sama-sama kita bahas apa sih itu format rencana pada pelatihan dasar-dasar partisipasi publik. Nah, untuk bahasan kali ini masih menyinggung tentang mengintegrasikan data dasar kedalam dokumen. Saat kita ingin membuat ringkasan eksekutif perlu juga untuk memastikan bahwa informasi yang disajikan berupa elemen-elemen utama dari setiap bagian yang mana diharapkan dengan dokumen ringkasan ini dapat membantu membangun dan meningkatkan praktik partisipasi publik.

Untuk menghadirkan itu diperlukan ringkasan komprehensif yang dapat mendidik para pengambil keputusan tentang manfaat partisipasi publik, dapat menjadi kebutuhan sumber daya untuk upaya pribadi, terdapat studi kasus yang komprehensif untuk rekan kerja, dan selain dari pada itu dapat berfungsi sebagai alat pemasaran dalam mempromosikan partisipasi publik untuk tim proyek, lembaga serta pengambil keputusan di masa depan. Nah, tentu kita semua tahu dalam membuat isi ringkasan ini ada yang namanya proses. Apa sih yang diproses, yang pastinya adalah data dan komentar yang sudah didapatkan sebelumnya.

Pelatih memberikan sedikit gambaran perjalanan proses melalui slidenya, mengenai manajemen data & komentar. Terdapat perjalanan dari data hingga menjadi sebuah tindakan atau keputusan untuk masa depan. Data yang berupa kata, frasa, pendapat, film, gambar, foto maupun lembaran form yang pengisiannya dengan tanda centang/silang/peringkat (emoticon senyum/bintang, dan lain sebagainya). Kemudian data diolah menjadi informasi (pengumpulan data berupa grafik, ringkasan bertema, words cloud, dan lain sebagainya).

Informasi tersebut digunakan untuk menambah wawasan/pengetahuan dengan melakukan analisa (apa pesan dibalik informasi yang diberikan, dan atau apa makna yang bisa kita peroleh dari ini). Dari wawasan/pengetahuan tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan sebuah tindakan atau keputusan terhadap suatu kasus untuk ditangani yang berorientasi pada masa depan (apa yang mungkin kita lakukan sebagai hasil dari pengetahuan atau analisis ini?). Pembahasan semakin seru dan menarik, mari kita berlanjut ke kegiatan selanjutnya.

Seperti yang sudah kita bahas di awal artikel tentang kegiatan dari rencana partisipasi publik, dimana langkah selanjutnya adalah mengidentifikasikan teknik yang mendukung sasaran partisipasi publik. Format untuk partisipasi publik dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu diantaranya adalah berbagi informasi (melalui rilis berita, lembar fakta, situs web non-interaktif), kumpulkan dan koleksi input/masukan (melalui ringkasan komentar, instrumen survey, laporan survey, voting), dan menyatukan orang-orang bersama (melalui open house, percakapan bergulir, ruang obrolan, kelompok-kelompok kecil, sesi pemangku kepentingan).

Di dalam modul pelatihan terdapat gambaran umum tentang sejumlah teknik untuk berbagi informasi, menyatukan orang‐orang bersama dan mengumpulkan data serta umpan balik. Kesemua teknik tersebut di atas dapat Anda gunakan sesuai kebutuhannya. Cukup rinci penjelasan dari pelatih dalam pelatihan ini, dibantu dengan keterangan yang ada di modul. Dengan banyak macam teknik tentunya dapat membuat partisipasi publik jadi lebih fleksibel bukan?. Apa dan bagaimana pembahasan lanjutannya, tunggu di artikel berikutnya…(Bersambung)

Review Hari Ketiga di Pelatihan Dasar-dasar Partisipasi Publik (1)

Di edisi review kali ini kita akan mengulik apa saja sih yang dibahas pada hari ketiga pelatihan sejak tanggal 30 Juli 2018 hari senin lalu. Masih dilanjutkan dengan mengupas tuntas modul perencanaan efektif dari partisipasi publik, pelatih menyampaikan langkah yang ke-5 atau langkah yang terakhir dilakukan dalam proses 5 langkah perencanaan, yaitu merancang rencana partisipasi publik.

Ada lima kegiatan yang dilakukan didalamnya diantaranya adalah; menentukan format dari pilihan yang sederhana atau kompleks, mengintegrasikan data dasar ke dalam rencana, mengidentifikasi teknik yang mendukung sasaran partisipasi publik yang pada gilirannya mendukung langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan, mengidentifikasi elemen pendukung untuk implementasi rencana, termasuk perencanaan komunikasi, dan yang terakhir menetapkan metodologi evaluasi. Lalu apa dan bagaimana maksud dari semua kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan di atas?, mari kita simak bersama-sama penjelasannya berikut ini.

Oke, kita bahas pada kegiatan yang pertama yaitu tahap pembuatan format rencana. Format rencana dapat dibuat secara sederhana atau juga kompleks, bergantung pada persyaratan pengambil keputusan, pengalaman profesional partisipasi publik, sifat proyek/inisitif, serta kebutuhan masyarakatnya seperti apa. Jika dibuat dalam bentuk sederhana maka keterangan atau informasi yang diperlukan didalamnya adalah apa yang dilakukan, kapan akan dilakukan, dengan siapa akan melakukannya, oleh siapa saja dan dimana akan dilakukan.

Lain halnya jika yang dibuat adalah berupa dokumen yang lebih kompleks, akan berisi lebih detail, dilengkapi alasan dan data. Apapun sifat dokumennya jika dirancang dengan matang akan dapat berfungsi baik sebagai panduan implementasi, dan sebagai dokumen historis dari pelaksanaan rencana dan hasil. Nah, format mana yang akan Anda gunakan, sederhana atau kompleks?, tidak ada aturan baku dan pemaksaan terserah pada Anda. Sudah siap dengan kegiatan yang selanjutnya?, let’s jump into it.

Setelah Anda memantapkan langkah menjadi “tim” format sederhana atau “tim” format kompleks, kemudian langkah selanjutnya adalah mengintegrasikan data dasar kedalam dokumen. Data yang akan diintegrasikan harus benar-benar jelas dan ringkas. Data yang tertera termasuk latar belakang, gambaran umum proyek, ringkasan pemangku kepentingan dan isu, keputusan untuk mengatasi masalah dan peluang, langkah-langkah proses keputusan, tujuan langkah keputusan, dan tujuan proses partisipasi publik.

Selain dari pada itu, dapat juga ditambahkan di setiap bagian-bagian dalam proses partisipasi publik yaitu; hasil yang di capai dalam setiap bagian (produk, keputusan yang tercapai, hubungan yang di perkuat, liputan media), tantangan yang di hadapi dan bagaimana penanganannya, pelajaran yang di petik dan perbaikan yang perlu dilakukan kedepannya. Data tersebut tentunya perlu waktu untuk mengumpulkannya bukan?, namun jangan khawatir karena apa-apa yang dipersiapkan di atas itu nantinya akan memberi kemudahan untuk kita juga kok, misalnya kalau kita butuh menyiapkan atau membuat ringkasannya yang biasa juga disebut dengan ringkasan eksekutif. Apa dan bagaimana pembahasan lanjutannya, tunggu di artikel berikutnya…(Bersambung)

Senin, 17 September 2018. 14.37 WIB

Review Hari Kedua di Pelatihan Dasar-dasar Partisipasi Publik

Pada hari kedua pelatihan berlangsung dengan sangat baik, pelatih melanjutkan materi Perencanaan/Planning yang disampaikan oleh Tanya Burdett. Tanya menyampaikan lima langkah perencanaan dalam partisipasi publik. Diantaranya adalah mendapatkan komitmen internal, belajar dari publik, pilih tingkat partisipasi, definisikan proses pengambilan keputusan dan identifikasi sasaran partisipasi publik, dan merancang rencana partisipasi publik.

Penjelasan secara lugas disampaikan oleh pelatih terkait pembahasan lima langkah perencanaan dari partisipasi publik. Hal pertama dalam melakukan rencana efektif dalam partisipasi publik adalah mendapatkan komitmen internal. Hal ini menjadi langkah pertama dikarenakan, mendapatkan tingkat komitmen yang sesuai adalah kunci utama dalam memastikan keputusan yang dihasilkan dapat menggerakan seluruh pemangku kepentingan agar dapat terlibat secara optimal dan efektif .

Para profesional partisipasi publik harus terlebih dahulu terlibat dan mendapatkan komitmen dari pemangku kepentingan internal untuk mendapatkan tingkat dukungan yang sesuai sebelum merencanakan setiap keterlibatan dengan para pemangku kepentingan eksternal. Lalu bagaimana caranya, adalah dengan melakukan pertemuan dengan tim partisipasi publik internal, untuk membahas sejarah organisasi yang mensponsori beserta harapan mereka. Hal tersebut perlu dilakukan diskusi terlebih dahulu dengan merumuskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini; siapa pengambil keputusan, apa pendekatan/riwayat/laporan mereka, jelaskan keputusan dan tujuan, mengidentifikasi pemangku kepentingan dan isu, dan apa saja harapan pemangku kepentingan/pengambil keputusan.

Pada dasarnya untuk mendapatkan dukungan komitmen internal akan bergantung pada budaya dan nilai partisipasi publik organisasi, pengalam partisipasi publik organisasi sebelumnya, nilai individu di dalam organisasi (apa motivasi mereka dan apa yang mempengaruhinya?), serta lingkungan operasi organisasi. Adapun pendekatan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan komitmen internal adalah dengan cara memaparkan beberapa hal, diantaranya mulai dari studi kasus, manfaat partisipasi publik, proyeksi biaya peluang (dampak potensial yang terjadi pada organisasi jika partisipasi publik tidak dijalankan dengan baik dan sesuai), dan proposal investasi bisnis (untuk menunjukan bagaimana partisipasi publik dapat menghasilkan laba atas investasi dan mendorong tujuan bisnis).

Pada kenyataannya mungkin akan kita temui beberapa organisasi yang ragu‐ragu untuk melibatkan publik dengan alasan itu bukan bagian dari budaya mereka. Mereka mungkin percaya bahwa publik tidak akan menambah nilai atau mereka mungkin tidak merasa bahwa mereka memiliki waktu atau kemampuan untuk mengakomodasi preferensi publik. Untuk itu perlu merumuskan sebuah pernyaatan keputusan yang efektif demi mendapatkan komitmen internal. Jika begitu, lalu yang menjadi petanyaannya adalah apa saja indikasi dari pernyataan keputusan yang efektif?

Pelatih pelatihan dasar-dasar partisipasi publik, menjelaskan bahwa terdapat beberapa indikator dari keputusan yang efektif diantaranya adalah pernyataan yang dibuat merupakan pernyataan yang jelas (menjelaskan apa masalah/peluang/masalah/proyek dan tentang bagaimana para pemangku kepentingan dapat berpartisipasi), mencerminkan kebutuhan pengambil keputusan dan para pemangku kepentingan, tentang sesuatu yang ingin diselesaikan atau digali oleh para pemangku kepentingan, pernyataan dinyatakan dengan jelas dalam bahasa masyarakat/umum, pernyataannya merupakan salah satu yang dapat diterima oleh sebagian besar pemangku kepentingan, dan juga yang mengikuti prinsip KISS (keep it simple and straight forward) – tetap sederhana dan lugas.

Setelah melakukan langkah pertama, kita berlanjut ke langkah perencanaan yang kedua yaitu belajar dari publik/pemangku kepentingan. Ada empat hal yang perlu dilakukan didalamnya diantaranya adalah persepsi keputusan, daftar pemangku kepentingan, hubungan pemangku kepentingan dengan isu, dan tinjau/perbaiki keputusan. Dalam menjelaskan langkah yang kedua ini pelatih mengadakan sebuah simulasi, berlatih bagaimana belajar dari pemangku kepentingan. Para peserta diminta untuk mencari pasangan, dimana satu orang berperan sebagai salah satu pemangku kepentingan didalam sebuah kasus dan yang satu lagi menjadi pewawancara. Dalam simulasinya ini lebih ditekankan pada proses wawancara, mencari tahu apa peran mereka dan apa masalah mereka (didalam kasus ini apa hal yang menjadi concern mereka, yang dianggap sebagai suatu masalah penting dalam proyek tersebut).

Lanjut penjelasan dari pelatih mengenai persepsi keputusan. Persepsi keputusan merupakan proses dalam memahami bagaimana orang merasakan seputar masalah dan peluang yang akan ditangani serta apa keputusan yang harus dibuat. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan wawancara secara langsung seperti yang dilakukan dalam simulasi tadi. Simulasi wawancara dilakukan dengan menggunakan form yang formatnya disediakan/diberikan pelatih, dari hasil wawancara tersebut kita dapat melakukan kategorisasi pemangku kepentingan; premier (mereka yang memiliki hubungan langsung ke proyek), sekunder (mereka yang memiliki kepentingan dalam proyek atau isu dan mungkin akan ikut terpengaruh), dan tersier (mereka yang memiliki kepentingan tetapi tidak terpengaruh). Selain dari kategorisasi pemangku kepentingan akan didapatkan juga korelasi antara stakeholder dengan isu yaitu; pengambil keputusan, pemberi pengaruh, yang berdampak, dan dipersepsikan.

Hal terakhir adalah meninjau/memperbaiki keputusan, memeriksa/memperbaiki pernyataan masalah/peluang yang akan ditangani dan keputusan yang akan dibuat. Suatu hal yang umum jika para pemangku kepentingan memiliki persepsi yang berbeda dengan pengambil keputusan terhadap suatu masalah, peluang dan atau isu yang ada. Perlu diingat juga bahwa dalam meninjau perbedaan/gap harus dilakukan bersama pembuat keputusan. Maka dari itu perlu dilakukan check and recheck apakah pernyataan keputusan yang sudah didiskusikan/dibuat akan menarik keterlibatan dari semua para pemangku kepentingan.

Berlanjut langkah ketiga adalah memilih tingkat partisipasi, ada tiga hal yang harus dilakukan didalamnya yaitu; menilai harapan internal dan eksternal, pilih tingkatannya berdasarkan spectrum partisipasi publik IAP2, dan yang terakhir adalah menilai kesiapan dari organisasi yang mensponsori. Pelatih memberikan lembar penilaian harapan internal dan eksternal untuk digunakan sebagai simulasi para peserta dalam sebuah kasus. Setelah dilakukan penilaian, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi harapan.

Melakukan pertimbangan atas bagan ringkasan harapan yang sudah didapatkan sebelumnya untuk dapat menentukan tingkatan partisipasinya di spectrum IAP2. Berdasarkan tingkat pemahaman tentang kebutuhan pemangku kepentingan internal dan eksternal ini, dapat dipilih tingkat partisipasi publik yang paling baik untuk memenuhi kebutuhan proyek dan kebutuhan pemangku kepentingan. Setelah kita sudah dapat menetapkan pilihan tingkat pada spectrum IAP2, penting untuk mengetahui kesiapan dari organisasi sponsor untuk melakukan program pada tingkat ini.

Untuk lebih memahami dalam mengetahui kesiapan dari organisasi sponsor ini, pelatih mengajak para peserta untuk bermain games di lobby gedung rektorat SGPP Indonesia, peserta dengan pelatih membentuk sebuah lingkaran kecil, kemudian pelatih melemparkan bola/benda berukuran kecil ke seseorang, setelah orang tersebut menerima bolanya dia harus melemparkan bolanya ke orang lain, secara terus menerus bergantian hingga orang terakhir. Permainan lebih ditingkatkan lagi, bukan hanya dengan satu bola, tetapi dengan banyak bola secara berurutan dengan pola operan/lemparan harus yang sama seperti pada bola pertama dengan tempo kecepatan operan lambat. Permainan pun semakin ditingkatkan lagi, bukan hanya dengan banyak bola yang harus dioper/dilemparkan tetapi kali ini dengan tempo melempar yang semakin lama semakin cepat.

Dapat diprediksi yang terjadi adalah kesemrawutan, banyak bola yang terjatuh bergelinding kemana-mana, dan ada yang memegang banyak bola ditangannya karena tidak sempat mengoper kembali. Para peserta dan pelatih pun saling tertawa melihat akhir dari permainan yang sangat seru ini. Setelah selesai, Barbara menjelaskan arti dari permainan ini, bahwa penting untuk kita mengetahui kesiapan dari partner/orang lain dalam memberikan penugasan atau tanggung jawab.

Selain itu dari sisi diri kita perlu fokus, dapat melihat situasi dan kondisi dari partner kita, apakah sedang overload atau tidak, agar “bola-bola” tersebut tidak bertempuk didirinya. Jika memungkinkan kita harus berikan waktu/jeda waktu dalam mengoper ke orang lain agar “bola-bola” tersebut dapat lancar teroper kesemua peserta sambil memanggil nama orang yang ingin kita berikan “bolanya”. Hal ini dapat dijadikan analogi dalam melihat kesiapan dari organisasi sponsor dan bahkan melihat kesiapan dari para pemangku kepentingan dalam mengemban tanggungjawabnya sesuai kadar dan fungsinya.

Dipenghujung hari kedua pelatihan, pelatih melanjutkan materinya yaitu langkah perencanaan yang keempat adalah mendefinisikan proses pengambilan keputusan dan identifikasi sasaran partisipasi publik. Didalam langkah ini ada beberapa yang perlu dilakukan, diantaranya adalah mengembangkan sasaran partisipasi publik, memahami proses keputusan yang ada, menetapkan sasaran partisipasi publik untuk setiap langkah dalam proses keputusan, menghubungkan proses keputusan dengan sasaran, dan kemudian memastikan sasaran memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan.

Kamis, 6 September 2018. 10:25 WIB

Review Hari Pertama di Pelatihan Dasar-dasar Partisipasi Publik (2)

Disiang hari pembahasan dilanjutkan dengan pemberian materi mengenai dasar-dasar partisipasi publik IAP2. Dilengkapi dengan slide presentasinya, pelatih menyampaikan bahwa ada tiga komponen dalam dasar-dasar dari partisipasi publik yaitu, berbasis nilai, berorientasi keputusan, dan didorong tujuan. Pelatih pada 5 hari pelatihan ini pada 30 Juli – 03 Agustus 2018 kemudian mengajak para peserta untuk dapat menyampaikan apa saja nilai-nilai dasar dari dalam diri mereka sendiri. Beragam jawaban disampaikan oleh para peserta secara bergantian. Merefleksikan nilai-nilai dari para peserta ke dalam materi yang sedang dibahas, pelatih menyampaikan bahwa partisipasi publik itu berbasis nilai, dimana nilai mengatur bagaimana cara kita seharusnya memikirkan segala sesuatu. Untuk menambah pemahaman kepada peserta pelatihan, pelatih melanjutkan dengan memberikan kuis kecil.

Melalui slidenya pelatih memperlihatkan pernyataan sebagai berikut Anda sendirian di rumah dan semua hal ini terjadi pada waktu yang sama!; Telepon berdering, bayi menangis, keran dapur pecah, alarm tetangga berbunyi, ada yang mengetuk pintu, dan ada kucing akan memangsa burung kesayangan. Kemudian dari sekian lakuan yang terlihat dislide, terdapat perintah didalamnya untuk peserta lakukan. Perintahnya adalah peserta diminta untuk mengurutkan apa yang akan dilakukan pertama kali hingga yang paling akhir. Urutan mereka masing-masing ditulis diselembar kertas, kemudian para peserta diminta untuk saling mencari dan mencocokan jawaban dengan peserta lain.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada peserta yang memiliki jawaban urutan yang sama persis. Ternyata dari hasil pencocokan jawaban tersebut ada dua peserta yang mempunyai kesamaan urutan. Berdasarkan hal tersebut pelatih melanjutkan pemberian pemahaman mengenai nilai, bahwa meskipun setiap individu berjalan berdasarkan nilainya masing-masing yang mana pasti ada yang berbeda-beda namun dari setiap perbedaan yang ada akan dapat ditemukan minimal satu kesamaan.

Kemudian dari satu atau beberapa hal yang sama itu dapat dijadikan landasan untuk setiap pemangku kepentingan dapat melibatkan diri sesuai fungsi dan kapasitasnya dalam hal ini adalah melakukan praktek partisipasi publik secara optimal dalam proses pengambilan keputusan diberbagai sektor. Pelatih menambahkan penjelasannya dengan menunjukan gambar segitiga yang terbagi menjadi tiga bagian; yaitu bagian yang paling bawah ada nilai, bagian tengah ada kepentingan dan bagian paling atas ada posisi.

Kemudian pelatih melanjutkan materi dasar dari partisipasi publik yang kedua adalah berorientasi pada keputusan. Ada 3 pertanyaan penting didalamnya yaitu; Apa keputusannya? Dapatkah publik/masyarakat berkontribusi? dan apa peran publik dalam berkontribusi?. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi awalan untuk memperoleh sebuah keputusan. Dimana keputusan yang dibuat dengan penerapan partisipasi publik didalamnya akan menghasilkan pernyataan keputusan yang efektif.

Indikator dari keputusan yang efektif adalah menghasilkan pernyataan yang jelas yang menjelaskan apa masalah/peluang/masalah/proyek dan tentang bagaimana para pemangku kepentingan dapat berpartisipasi, dapat mencerminkan kebutuhan pengambil keputusan dan para pemangku kepentingan, tentang sesuatu yang ingin diselesaikan atau digali oleh para pemangku kepentingan, pernyataan keputusan dinyatakan dengan jelas dalam bahasa masyarakat/umum, merupakan salah satu yang dapat diterima oleh sebagian besar pemangku kepentingan, dan mengikuti prinsip KISS (keep it simple and straight forward) – tetap sederhana dan lugas.

Pada akhir dari pelatihan hari pertama, pelatih menyampaikan dasar yang ketiga yaitu didorong oleh tujuan. Pelatih menjelaskan dasar ketiga ini dengan menunjukan slidenya yang terdapat sebuah bagan spectrum partisipasi publik IAP2. Terjelaskan juga didalamnya bahwa terdapat 5 spectrum yaitu diantaranya ada Inform (informasikan), Consult (konsultasikan), Involve (libatkan), Collaborate (berkolaborasi), dan Empower (berdayakan).

Rabu, 05 September 2018. 10.05 WIB

Review Hari Pertama di Pelatihan Dasar-dasar Partisipasi Publik (1)

Pelatihan Dasar-dasar Partisipasi Publik yang berlangsung pada tanggal 30 Juli – 03 Agustus 2018, di Gedung Rektorat SGPP Indonesia, Bogor, dibuka oleh Bapak Aldi M. Alizar selaku Ketua Afiliasi. Beliau memberikan sambutannya dihadapan para peserta pelatihan yang sudah hadir. Didalam sambutannya Bapak Aldi M. Alizar memberikan sekilas pengenalan tentang organisasi IAP2 Indonesia dan latar belakang diadakannya acara pelatihan dasar-dasar partisipasi publik di Indonesia.

Beliau menyatakan bahwa kebutuhan akan pemahaman isu partisipasi publik kepada masyarakat dan pemangku kepentingan perlu difasilitasi sehingga kebijakan/proyek/pembangunan yang berdampak pada seluruh pihak dapat berkeadilan sosial khususnya di Indonesia. Sambutan juga disampaikan oleh perwakilan dari pihak SGPP, memberikan ucapan selamat datang kepada para peserta, pelatih dan official IAP2 Indonesia, kemudian sambutan terahir datang dari dua orang pelatih yang sudah hadir di Indonesia.

Sebelum memulai masuk ke dalam materi pelatihan, Barbara dan Tanya mengawali dengan mengajak para peserta saling berkenalan, awal yang baik sebelum memulai hari pertama. Para pelatih memberikan masing-masing peserta secarik kertas berisi pertanyaan singkat seperti nama, pekerjaan, instansi, dan pengalaman apa yang ingin dibagi diluar pekerjaan. Setiap peserta menuliskan jawabannya dikertas masing-masing setelah diisikan kemudian peserta harus menaruhkan kertasnya di atas satu meja yang sudah ditentukan pelatih. Selanjutnya pelatih mengajak para peserta untuk mengambil kertas yang sudah terkumpul tadi, masing-masing orang satu kertas, tidak diperkenankan untuk mengambil kertas yang berisi jawaban diri sendiri. Setiap orang harus mengenal lebih dekat nama peserta yang kertasnya terambil terkait hal-hal yang terjawab dikertas tersebut dan menjelaskan kembali kepada semua yang hadir diruangan mengenai hasil pengenalannya.

Sesi pengenalan yang cukup seru membuat suasana ruangan menjadi lebih cair dan hangat. Pengenalan partisipasi publik menjadi materi awalan dihari pertama pelatihan. Lebih rincinya adalah membahas apa itu partisipasi publik, orbit dari partisipasi publik, mengapa harus ada partisipasi publik, dan dasar-dasar dari partisipasi publik IAP2.

Didalam ruang kelas dijelaskan dengan baik oleh pelatih, bahwa partisipasi publik merupakan sebuah proses yang mengikutsertakan publik/masyarakat dalam pemecahan masalah atau pengambilan keputusan, dan menggunakan masukan publik untuk membuat keputusan yang berkelanjutan di dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat. Proses keputusan secara umum ada 6 tahapan; Isu/ruang lingkup proyek, data yang dikumpulkan, menetapkan kriteria, mengembangkan pilihan, meninjau pilihan, dan kemudian mengambil keputusan. Namun dalam prakteknya/kenyataan dilapangan publik/masyarakat diikutsertakan hanya pada tahapan meninjau pilihan.

Dimana pilihan-pilihan tersebut sudah diputusakan yang kemudian baru dilemparkan ke publik/masyarakat untuk ditinjau bersama-sama mereka, hasil peninjauannya juga akan tetap menghasilkan keputusan yang sama atau dalam kata lain sengaja untuk mempertahankan pilihan yang sudah diputuskan secara sepihak tanpa melibatkan publik ditahapan awalnya. Hal tersbut kontradiksi dengan yang seharusnya dilakukan dimana fokus partisipasi publik harus ada disetiap langkah dalam proses pengambilan keputusan.

Kita tahu bahwa tingkat partisipasi setiap individu berbeda-beda, diantaranya terbagi menjadi; tidak perhatian, pengamat, perhatian, pemberi pengaruh, dan penentu. Dalam kehidupan sehari-hari pun ada individu ataupun kelompok yang bersikap apatis terhadap isu yang sedang berkembang dan ada yang mengambil sikap menjadi penentu sebagai bentuk partisipasinya saat sebuah kasus/proyek terjadi. Disinilah peran dari partisipasi publik diperlukan untuk membuka mata kepada seluruh pemangku kepentingan bersama-sama mengambil peran sesuai fungsinya sehingga keputusan yang di ambil dapat berkeadilan dan berkelanjutan. Supaya semua kebutuhan pemangku kepentingan dapat digabungkan, pemahaman mereka terfasilitasi dan keputusan yang dibuat dapat berkualitas maka partisipasi publik perlu dilakukan dalam sebuah proyek/kasus yang sedang ditangani/terjadi.

Masih banyak lagi manfaat dan yang menjadi landasan atau dasar kuat diperlukannya penerapan dari praktek-praktek partisipasi publik disektor manapun. Diantaranya adalah bahwa partisipasi publik sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia untuk dapat terlibat dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi hidup mereka secara langsung, ada demokrasi partisipatif yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh publik, masyarakat perlu menyadari akan kepemilikan masalah dan solusi, ini juga dapat menjadi sebuah bentuk manajemen risiko yang baik, dapat mencegah kemarahan/ketidakharmonisan publik, dapat menghasilkan penerimaan keputusan yang lebih baik.

Jika kita tidak memulai partisipasi maka para pemangku kepentingan yang berkuasa akan memulainya, dapat membangun kepercayaan dalam proses pengambilan keputusan, dapat lebih mengembangkan pemahaman tentang isu melalui berbagi informasi, sebagai jalan dalam membangun hubungan antara pemangku kepentingan dan pengambil keputusan, menciptakan sumber daya yang sesuai dengan harapan internal/eksternal, dan juga mengumpulkan informasi dari penduduk setempat tentang masalah lokal. Disiang hari pembahasan dilanjutkan dengan pemberian materi mengenai dasar-dasar partisipasi publik IAP2. Apa dan bagaimana pembahasannya, tunggu di artikel berikutnya… (Bersambung)

Senin, 03 September 2018. 17:;07 WIB

MEMBER ENGAGEMENT ON IAP2 FEDERATION MODEL

As a member organisation IAP2 is keen to engage with you to hear your views.

IAP2 is governed by a Federation Board of representatives from each of the 6 Affiliate Boards in Australasia, Canada, United States of America, Indonesia, Southern Africa and Italy.

IAP2 Australasia with over 2000 members is the largest Affiliate, followed by Canada and the USA with around 400 each.

This Federation Model was launched January 1, 2011, with an anticipated 10-year implementation timeline. The attached report provides background about the IAP2 organisation, how it evolved to its present state, what considerations were included in the decision to move to a Federation Model, what the expected end-state was, and what the current status is. A bibliography of source documents is included at the end of this report, and available at https://iap2.site-ym.com/?FederationModel

In the interest of continuous improvement, it is appropriate as we approach year 5 of the Federation to take a step back and review the governance model and funding structure of the organisation to determine what adjustments may be required to ensure ongoing sustainability. It is important for members to have an opportunity to provide input in the discussion.

The attached document provides details on the proposed roles and responsibilities and potential funding models for the Affiliate and the Federation Boards. The input received will be reviewed and discussed at the Federation Board meeting in September 2015, where decisions will be made on the future IAP2 Business Model.

The “engagement ask” is located on pp 7 and 8 of the attached document. The funding model will be a result of the final decision on roles and responsibilities, but the recommendations are included here for input and comment.

Also attached is a list of FAQs.

If you would like any further information please contact one of our Federation Board representatives Leanne Hartill or Wendy Carlson at board@iap2.org.au.

Please also forward any feedback on the proposed roles and responsibilities to board@iap2.org.au by 31 July to allow compilation of all comments to take to the Federation Board meeting.

Thank you.

Deputy Presiding Member
Leanne Hartill

iap2

Seminar April 2015

Seminar April 2015: Mengelola Kesehatan Masyarakat dalam Investasi Melalui Partisipasi Publik

Pada hari Rabu, 29 April 2015, IAP2 Indonesia mengadakan seminar bertajuk “Mengelola Kesehatan Masyarakat dalam Investasi Melalui Partisipasi Publik“. Terdapat dua pembicara yang mengisi seminar ini, yaitu (1) dr. Donald Pardede, MPPM dan (2) R Budi Wiandjono. Dalam seminar ini, Bapak Donald berbagi mengenai keadaan kesehatan masyarakat secara nasional dan peran jaminan kesehatan nasional. Kemudian Bapak Budi berbagi mengenai PT Indonesia Infrastructure Finance dan prinsip kesehatan masyarakat dan keselamatan kerja yang diterapkan.

Read more

Seminar Invitation: “Managing Public Health in Investment through Public Participation”

MORNING TALK WITH

IAP2 Indonesia Logo

in  cooperation with

PPPI                               

Managing Public Health in Investment through Public Participation

What is the importance of managing public health?

What has the government done to manage public health?

How do health insurance and social security address the challenges in public health?

How does public participation play a role in managing public health?

What is the role of corporations in public health?

The issue of public health must be managed together as a multi-stakeholder issue. In this morning talk, IAP2 Indonesia presents a theme of public health and the role of public participation.

Please register at https://iap2indonesia.eventbrite.com.  For further information, please write to iap2id@gmail.com.

Date:
Wednesday, 29 April 2015

Time:
8.30 – 11.00 AM (GMT+7)

Venue:
Paramadina Graduate School in partnership with Medco, The Energy Building, Lt. 22, SCBD, Jakarta
Map

SPEAKERS:
 donald Hasbullah Thabrany budi
dr. Donald Pardede, MPPM,
Directof of Center for Health Financing,
Indonesia Ministry of Health
Donald currently heads the working unit that is responsible for health financing and social security, and is directly under the Minister of Health. He is a member of the Working Group for the Development National Health Insurance and Head of Team for the Tariff Revision of National Health Insurance and Service. He is also the focal point for Indonesia in ASEAN Plus Three Universal Healthcare Network and the focal point for Asia-Pacific National Health Accounts Network.
Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH,
Professor at the School of Public Health,
University of Indonesia
Profesor Hasbullah has actively worked in improving social security system, starting with universal health coverage in Indonesia and pension for all Indonesians. He was a key contributor in the Presidential Task Force to reform social security system (SJSN). He is the former Dean of the School of Public Health at the University of Indonesia and President of South East Asia Public Health Education Institutions Network. He is the founder of the Indonesian Association of Health Insurance Managers (PAMJAKI). He received a Medal of Bakti Utama Kesra from the Coordinating Ministry for People’s Welfare in 2014 for his contribution to the welfare of Indonesia.
R Budi Wiandjono,
Environmental Specialist,
PT Indonesia Infrastructure Finance
Budi is an experienced individual consultant in environment and planning for projects with ADB, World Bank, USAID, AusAid and other donor agencies. Most of his works are in the mining and infrastructure sectors. His works include environmental and area planning study and assessment.
After the discussion, there is audience Q&A session and networking session.

If you want to receive information on seminars, events, and other information related to public participation in Indonesia, please join our mailing list IAP2 Indonesia by registering with iap2id@gmail.com, or like our Facebook Page IAP2 Indonesia Affiliate, or visit our website at http://iap2indonesia.wordpress.com/. Please note that most contents are in Indonesian.

This seminar is supported by:

AMF Logo