Saatnya Rakyat Bicara! Kekuatan Demonstrasi sebagai Penggerak Partisipasi Publik

IAP2 Indonesia – Di era demokrasi, suara rakyat menjadi fondasi utama dalam pengambilan keputusan dan kebijakan. Demonstrasi telah lama menjadi salah satu bentuk ekspresi masyarakat untuk menyuarakan aspirasi, menuntut keadilan, serta mengawal kebijakan pemerintah. Lebih dari sekadar aksi turun ke jalan, demonstrasi adalah simbol dari partisipasi publik yang aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketika kebijakan yang diambil tidak mencerminkan kepentingan masyarakat luas, demonstrasi menjadi wadah bagi rakyat untuk menunjukkan sikap dan memperjuangkan perubahan. Sejarah telah membuktikan bahwa banyak perubahan sosial dan politik di dunia, termasuk di Indonesia, berawal dari gerakan massa yang terorganisir dengan baik.

Namun, kekuatan demonstrasi sering kali disalahpahami atau bahkan diremehkan. Ada yang melihatnya sebagai gangguan ketertiban, ancaman stabilitas, atau bahkan alat provokasi. Padahal, dibalik hiruk pikuknya, demonstrasi menyimpan potensi transformatif yang luar biasa. Ia dapat menjadi katalisator perubahan sosial, pengingat bagi para penguasa, dan wahana pendidikan politik bagi masyarakat luas. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami peran dan dampak demonstrasi secara komprehensif.

Demonstrasi memiliki peran penting dalam meningkatkan partisipasi publik dengan beberapa cara berikut.

1. Mendorong Keterlibatan Masyarakat dalam Diskusi Publik

Sumber foto: ANTARA News

Demonstrasi sering kali memicu diskusi di berbagai platform, baik di media sosial, media massa, maupun di ruang-ruang akademik. Dengan adanya demonstrasi, masyarakat yang sebelumnya tidak peduli terhadap suatu isu bisa terdorong untuk mencari informasi lebih lanjut, berdiskusi, hingga ikut serta dalam aksi nyata.

 

2. Menjadi Sarana Menekan Pemangku Kebijakan

partisipasi publik dalam demokrasi

Sumber foto: BBC

Partisipasi publik dalam bentuk demonstrasi memberikan tekanan moral dan politik kepada pemerintah serta institusi terkait agar mereka mendengarkan suara rakyat. Ketika demonstrasi dilakukan secara luas dan konsisten, pemerintah cenderung lebih memperhatikan tuntutan masyarakat dan mempertimbangkan perubahan kebijakan.

 

3. Meningkatkan Solidaritas dan Keberanian Berpendapat

Sumber foto: RRI

Banyak orang yang merasa takut atau ragu untuk menyuarakan pendapat mereka secara individu. Dengan adanya demonstrasi, masyarakat dapat merasa lebih kuat karena mereka tahu ada banyak orang yang memiliki pandangan serupa. Ini membantu membangun keberanian publik untuk lebih aktif dalam menyampaikan aspirasi mereka.

4. Menciptakan Gerakan Sosial yang Berkelanjutan

partisipasi publik dalam demokrasi

Sumber foto: suara com

Demonstrasi yang berhasil sering kali menjadi awal dari gerakan sosial yang lebih besar. Aksi turun ke jalan bisa berkembang menjadi advokasi yang lebih sistematis, seperti petisi, diskusi kebijakan, hingga perubahan dalam institusi pemerintahan dan hukum.

Berikut beberapa contoh demonstrasi bersejarah yang membawa perubahan di Indonesia.

1. Demonstrasi Tritura (1966)

Sumber foto: Pikiran Rakyat

Pada tahun 1966, Indonesia berada dalam situasi politik dan ekonomi yang tidak stabil, terutama setelah peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965. Demonstrasi ini dikenal dengan nama Tritura, singkatan dari Tiga Tuntutan Rakyat, yang berisi tuntutan untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI), membersihkan kabinet dari unsur PKI, dan menurunkan harga kebutuhan pokok yang saat itu melambung tinggi. Demonstrasi ini dipimpin oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan mendapat dukungan luas dari masyarakat. Puncaknya terjadi pada 11 Maret 1966, ketika Soekarno menerima Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang memberikan kekuasaan kepada Soeharto untuk mengambil tindakan guna mengendalikan situasi. Beberapa bulan setelahnya, Soekarno lengser, dan Soeharto secara resmi menjadi presiden pada 1967, menandai awal pemerintahan Orde Baru.

 

2. Demonstrasi Malari (1974)

Sumber foto: tempo co

Pada 15 Januari 1974, ribuan mahasiswa turun ke jalan untuk memprotes dominasi investasi asing, khususnya dari Jepang, yang dianggap merugikan industri dalam negeri. Demonstrasi ini dipicu oleh kunjungan Perdana Menteri Jepang, Tanaka Kakuei, ke Indonesia. Mahasiswa menilai bahwa kebijakan ekonomi Soeharto terlalu berpihak kepada modal asing dan tidak memberikan manfaat yang cukup bagi rakyat kecil. Awalnya, aksi ini berjalan damai. Namun, keadaan berubah menjadi kacau setelah terjadi kerusuhan besar di Jakarta, di mana banyak toko dan kendaraan bermerek Jepang menjadi sasaran pembakaran dan perusakan. Pemerintah merespons dengan tindakan represif, menangkap banyak aktivis dan membatasi kebebasan mahasiswa. Demonstrasi Malari menjadi titik awal dari kontrol ketat rezim Orde Baru terhadap gerakan mahasiswa dan kebebasan berbicara di Indonesia.

 

3. Demonstrasi Reformasi (1998)

Sumber foto: BBC

Pada akhir 1990-an, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang parah akibat dampak dari krisis finansial Asia pada 1997. Nilai rupiah anjlok, harga barang kebutuhan pokok melonjak, dan tingkat pengangguran meningkat drastis. Di tengah situasi ini, muncul kemarahan publik terhadap pemerintahan Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun dengan sistem yang penuh korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Gerakan mahasiswa menjadi garda terdepan dalam menuntut reformasi total. Demonstrasi besar terjadi di berbagai kota, terutama di Jakarta. Pada 12 Mei 1998, empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak mati oleh aparat keamanan dalam aksi unjuk rasa damai. Pada 21 Mei 1998, Soeharto akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya, menandai berakhirnya era Orde Baru dan dimulainya era Reformasi. Setelahnya, sistem politik Indonesia berubah drastis, dengan pemilu yang lebih transparan, kebebasan pers yang lebih luas, serta berbagai reformasi dalam sistem pemerintahan dan hukum.

 

4. Aksi ReformasiDikorupsi (2019)

partisipasi publik dalam demokrasi

Sumber foto: tirto id

Aksi ini terjadi pada September 2019, dipicu oleh pengesahan revisi Undang-Undang KPK yang dianggap melemahkan lembaga antirasuah tersebut, serta sejumlah RUU kontroversial lainnya yang dinilai mengancam kebebasan sipil dan demokrasi. Demonstrasi ini dipimpin oleh mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia, dengan dukungan besar dari masyarakat luas. Selain aksi turun ke jalan, gerakan ini juga berlangsung masif di media sosial dengan tagar #ReformasiDikorupsi yang viral. Meskipun tuntutan utama mereka tidak sepenuhnya dikabulkan, aksi ini menunjukkan bahwa partisipasi publik dalam demokrasi masih kuat dan bahwa generasi muda tetap kritis terhadap kebijakan pemerintah.

 

Baca juga: Gen Z sebagai Agen Perubahan untuk Membangun Kesadaran Melalui Partisipasi Publik –

Referensi

Tri Tuntutan Rakyat (TRITURA) – Ensiklopedia Sejarah Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

tempo.co. (2025, Januari 15). Mengenang Malari 1974: Apa yang Menjadi Penyebab Rusuh Demonstrasi Mahasiswa.

kompasmedia.kompas.id. (2021, Mei 12). Sejarah Peristiwa Mei 1998: Titik Nol Reformasi Indonesia.

Bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *