Prinsip dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) yang ke-17 adalah terciptanya Kerjasama Untuk Mencapai Tujuan Global, merupakan komitmen nyata dari Komunitas Internasional dalam menekankan pentingnya prinsip #nooneleftbehind. Dalam praktiknya mewujud ke dalam bentuk Kerjasama Multi Pihak (KMP) yang memberi ruang kepada berbagai pihak, atau saat ini lebih banyak disebut dengan istilah Model Penta-Helix (merangkul Pemerintah, Akademisi, Swasta dan Filantropi, Kelompok Masyarakat, dan Media di dalamnya sebagai satu kesatuan).
Kerjasama Multi Pihak menjadi latihan bersama para pihak dalam Model Penta-Helix hingga awal tahun 2020, terutama saat Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa/Badan PBB mencanangkan Decade of Action bagi pencapaian TPB. Satu dekade ke depan akan dipenuhi dengan aksi percepatan untuk mencapai target-target dalam TPB secara berkelanjutan. Pada saat yang sama, COVID-19 yang pelan-pelan menyebar di akhir tahun 2019, telah menjadi permasalahan global dan menjadi pandemi pada awal Maret 2020.
Sektor Kesehatan mendapatkan hantaman yang sangat luar biasa pada awal meledaknya pandemi ini. Science Alert, portal berita berbasis pengetahuan dan penelitian, menayangkan animasi grafis tentang kurva penyebaran COVID-19 yang melebihi garis ketersediaan fasilitas kesehatan. Kesiapan sektor kesehatan memang terlihat minim dan situasi ini berlaku untuk banyak negara di seluruh dunia tanpa pandang bulu. Kecepatan penyebaran COVID-19 seakan-akan tidak menyisakan waktu untuk dapat berpikir panjang. Berbagai upaya di sektor Kesehatan telah bersegera dilakukan dan disiapkan, mulai dari penambahan fasilitas perawatan (e.g. Singapura dan Indonesia), mekanisme Drive Thru Rapid Test untuk mendeteksi COVID-19 secara massal (e.g. Korea Selatan), dan Uji Laboratorium yang berlangsung secara masif (e.g. Amerika Serikat) tidak membuat kurva penyebaran virus ini serta merta menurun.
Upaya penurunan kurva bukan hanya di domain Sektor Kesehatan saja, Pemerintah Indonesia yang sudah berupaya mengelola pandemi ini dengan berbagai kebijakan juga membuka ruang bagi masyarakat umum, perusahaan dan media untuk berperan. Beberapa kebijakan dibuat untuk tindakan pencegahan di masyarakat seperti penerapan aturan untuk menjaga jarak dan menjauhi kerumunan (social distancing), mencuci tangan pakai sabun, menggunakan masker dan menjaga kesehatan, melakukan semua aktivitas dari rumah (bekerja, belajar dan beribadah). Himbauan bagi perusahaan swasta untuk menyalurkan dana CSR dan agar media menyediakan berita dan informasi terpercaya serta edukatif kepada masyarakat juga telah dilakukan.
Di atas kertas hal-hal tersebut terlihat seperti mudah untuk dilakukan, kenyataan yang terjadi di masyarakat adalah maraknya tindakan panic buying. Sebagai contoh, beberapa waktu yang lalu di awal pandemi COVID-19, terjadi kenaikan harga masker, cairan pembersih tangan (hand sanitizer) dan vitamin yang luar biasa bahkan mengakibatkan kelangkaan. Banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja/PHK yang dilakukan oleh perusahaan mengakibatkan angka pengangguran bertambah karena banyaknya perusahaan mengalami penurunan pemintaan barang dan jasa bahkan harus menutup usaha. Sektor yang terdampak sangat besar salah satunya adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa perhotelan (hospitality). Masalah kesehatan pun bertranformasi menjadi masalah ekonomi dan sosial yang lebih besar dampaknya.
Model Penta-Helix dalam TPB mendorong kelima pihak yang ada pada setiap sisinya bekerjasama sehingga dapat mencapai tujuannya pada tahun 2030. Penanganan bagi pandemi COVID-19 yang bertransformasi menjadi masalah ekonomi dan sosial mengharapkan kerjasama dari seluruh pihak, tidak hanya untuk menekan kurva penyebarannya, tapi juga mengelola situasi multi dimensi pasca COVID-19.
Model Penta-Helix ini juga perlu dilakukan berdasarkan kondisi dan kapasitas dari stakeholder yang berkaitan. Mengacu pada pandemi COVID-19 ini, misalnya, karena berawal dari isu kesehatan, maka stakeholder helix di isu kesehatan yang perlu bekerja dan bergerak pertama kali. Kemudian, pada tahap kedua, segera disusul oleh isu sosial-ekonomi dimana stakeholder terkait isu tersebut mulai harus dilibatkan. Begitu seterusnya, sehingga kelima stakeholder helix membentuk Penta-Helix yang utuh.
Spektrum Partisipasi Publik IAP2 menyebutkan bahwa sebelum tiba di level atau tangga yang disebut bekerjasama atau To collaborate, ada beberapa tangga yang harus dilalui: Menginformasikan/To inform, Mengkonsultasikan/To consult dan Melibatkan/To Involve. Kerjasama atau Kolaborasi sendiri memiliki karakteristik adanya tujuan bersama yang disepakati, kepercayaan dan hubungan yang kuat. Mungkin ini bisa menjadi check list kita semua sebagai bagian dari pihak yang termasuk dalam Penta-Helix di atas. Pertanyaan yang perlu direnungkan dan pikirkan jawabannya adalah: Sudah berada di tangga manakah kita dalam pelaksanaan TPB dan upaya penekanan kurva penyebaran COVID-19 ini? Apakah kata kerjasama sudah benar-benar kita lakukan atau hanya menjadi jargon semata untuk dapat memobilisasi sumber daya?. *** IS
Sumber:
- https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/12/083129823/who-resmi-sebut-virus-corona-covid-19-sebagai-pandemi-global
- https://www.sciencealert.com/dragging-out-the-coronavirus-epidemic-is-important-in-saving-lives
- https://iap2.or.id/memperkuat-kolaborona-covid-19/
- Foto: Business photo created by rawpixel.com – freepik.com
Thanks for this inspiring essay. I have been working on the pentahelix promotion at village level through Kampung KB program , an initiative of BKKBN. Thaks for the steps we have to step in to ensure that the pentahelix collaboration made available. It is a call for all of us, how to make it doable in the very grass root level, to make it simple by peoples at community level , unless this initiative will only be cherrished at global or elite level discussion. Thanks for the inspiration!🙏