Pada tanggal 28 oktober 2021, IAP2 Indonesia mengadakan membertalk ke lima bertajuk “Peningkatan Kompetensi Literasi Media dan Informasi di Masa Pandemi”, acara ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kompetensi literasi informasi di Indonesia dan selama pandemi COVID-19 banyak terjadinya informasi asimetris seperti kesenjangan dalam pengetahuan publik, dan ini disinyalir disebabkan oleh ketidak-cukupan informasi yang bisa jadi dikarenakan proses transmisi informasi yang tidak benar dan tepat. Hal tersebutlah yang mempengaruhi pada kebijakan pemulihan COVID-19 hingga kegagalan pasar. Membertalk#5 ini bertujuan untuk mendiskusikan dampak dari informasi asimetris di masa pandemi dan upaya peningkatan kompetensi literasi media dan informasi yang mencakup praktik dan lesson learned.
Pembicara membertalk#5 adalah Pak Priambudhi Wahyuwidagdo – Stakeholder Relation and Partnership Specialist di TNP2K, beliau menyampaikan materi terkait literasi media dan informasi di Indonesia. Posisi Indonesia dalam literasi media adalah peringkat ke 66, hal tersebut dilihat dari 4 komponen (Availability, Affordability, Readiness, dan Relevance). Berdasarkan survei nasional literasi digital di Indonesia belum sampai level “baik” karena indeks literasi digital Indonesia belum mencapai 3 dari indeks tertinggi yaitu 5. Beliau juga menyampaikan bahwa kepercayaan masyarakat kepada pemerintah rendah dan pemuka agama salah satu pemberi informasi yang terpercaya. Hal tersebut dibuktikan dari penelitian Edelman Trust Barometer (2020) bahwa hanya 1 dari 4 orang Indonesia yang menerapkan Information Hygiene yang artinya mengikuti berita, menghindari informasi echo chamber, melakukan verifikasi, dan tidak menyebarkan informasi yang belum terpercaya.
Setelah pemaparan materi dilanjutkan dengan diskusi bagaimana informasi asimetris ini memberikan dampak pada program vaksinasi dan pemulihan ekonomi di Indonesia. Bahwa program vaksinasi di Indonesia memiliki korelasi dalam pemulihan ekonomi karena program vaksinasi sebagai game changer tetapi sayangnya informasi asimetris mempengaruhi keberjalanan program vaksinasi sehingga beberapa masyarakat masih tidak percaya terhadap program tersebut dan memilih untuk tidak vaksin. Menurut Pak Budhi bahwa hal yang harus dilakukan adalah menerapkan information hygiene, pertama mencari informasi secara akurat dan mau terbuka terhadap ilmu baru untuk mengambil keputusan yang tepat, dan kedua tetap harus membuka diri terhadap perspektif dan jangan hanya percaya pada hal yang tidak kita setujui sehingga tidak melakukan verifikasi.
Persoalan informasi asimetris dengan spektrum partisipasi publik IAP2 yaitu pemerintah menyediakan informasi publik secara merata agar memastikan masyarakat memahami keputusan yang diambil oleh pemerintah, sehingga masyarakat sadar untuk berpartipasi dalam mengikuti kebijakan dan tindakan yang diambil pemerintah. Pada era digital ini pemerintah sudah menuju e-government yang artinya pelayanan publik sudah melalui digital dan masyarakat harus meningkatkan kompetensinya dalam informasi dan media di digital. Pentingnya masyarakat dalam partisipasi publik di masa pemulihan. Dalam menghadapi informasi asimetris di masa pandemi diperlukan peran pemerintah dalam meningkatkan kompetensi literasi media dan informasi di Indonesia. Menurut Pak Priambudhi bahwa masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama menjalani tidak hanya satu pihak saja, selain itu pemerintah harus mencari cara agar dapat menarik perhatian masyarakat mengakses informasi yang telah disediakan.
Sesi diskusi dilanjutkan dengan tanya jawab oleh peserta. Pertanyaan pertama yaitu perlunya verifikasi informasi dan mengelola secara tanggung jawab tetapi arus informasi sangat cepat, sehingga langkah apa yang harus dilakukan dalam menghadapi hal tersebut. Menurut Pak Priambudhi bahwa hal pertama menanyakan dahulu darimana asal informasi apakah dari saudara atau dari media resmi, setelah itu harus melakukan verifikasi agar dapat mengetahui asal sumber yang resmi. Pertanyaan selanjutnya yaitu public goods yang disediakan pemerintah sudah digital contohnya dana bantuan UMKM harus melalui pendaftaran website, program prakerja, dan program lainnya tetapi kompetensi literasi media dan informasi masyarakat di Indonesia secara digital masih cukup rendah bagaimana peran pemerintah dalam menghadapi hal tersebut. Menurut Pak Priambudhi bahwa membutuhkan waktu cukup lama agar masyarakat sadar pentingnya literasi media dan informasi agar dapat beradaptasi dalam menghadapi tantangan tersebut. Berdasarkan pengalaman beliau bahwa ada kebijakan pemerintah terkait program bansos di daerah terpencil menggunakan digital tetapi masyarakat disana banyak yang belum memahami informasi digital sehingga beberapa masyarakat tidak mendapatkan bansos, tetapi pemerintah menyadari hal tersebut dan melakukan upaya dengan mengubah teknis bansos secara mudah agar tidak adanya informasi asimetris.
Baca Juga : Kerja Sama Multipihak dalam kerangka Membangun Kemitraan Multi Pihak di Daerah
Acara membertalk#5 diakhiri dengan closing statement dari Pak Priambudhi yaitu dalam menghadapi tantangan pembangunan yang semakin sulit diperlukan upaya kita untuk terus menambah ilmu. Selanjutnya hal tersebut diterapkan dalam pengambilan keputusan sehingga memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar. Closing statement dari moderator yaitu Pak Aldi yang dikaitkan dengan Core Value adalah Dalam membangun kompetensi literasi media dan informasi perlunya Partisipasi Publik dalam bentuk diskusi dengan masyarakat yang terdampak akibat informasi asimetris. Metode partisipasi publik harus dapat menyesuaikan karakter masyarakat yang dilibatkan. Informasi yang didapat masyarakat dalam kegiatan partisipasi publik dapat terdistribusi dengan baik sehingga masyarakat lebih aware terhadap keputusan yang diambil oleh pemerintah.