Kualitas Udara Jakarta Kembali Menjadi Terburuk Di Dunia

IAP2 Indonesia – Kualitas udara di Jakarta kembali “dinobatkan” sebagai kualitas udara paling buruk di dunia, bagaimana usaha untuk mengurangi polusi udara?

Baca Juga : Persiapan Dan Peran Publik Dalam Perhelatan Urban 20 Jakarta

Polusi Udara Jakarta Yang Tinggi

Sumber: screenshot iqair.com

Beberapa hari terakhir, kualitas udara Jakarta kembali menjadi yang terburuk di dunia yang diakibatkan oleh volume kendaraan yang tinggi pada pagi hari, hal ini diakibatkan karena masih banyak pengguna kendaraan pribadi untuk beraktifitas. Dilansir dari health.detik.com Catatan IQ Air menunjukkan AQI US Jakarta berada di angka 196 pada pagi hari, yakni kategori kualitas udara tidak sehat. Disusul Santiago, Cile dengan AQI US, 180 dan Dubai Uni Emirat Arab AQI US, 161.Berdasarkan laporan data WIB pada Senin (20/6) pukul 07.33 WIB, atmosfer di Jakarta memiliki konsentrasi PM2.5, yakni 27 kali lebih tinggi dari standar kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO). disertakan. “Pencemaran udara diperkirakan telah menewaskan 5.100 orang di Jakarta pada tahun 2021,” kata Indeks Kualitas Udara (AQI), (20/6/2022).

Baca Juga : Indonesia Ikut Menciptakan Sistem Penilaian ESG Perusahaan 

Bagaimana cara kita mengurangi polusi?

Sumber: ilustrasi (pantau.com)

Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Nirwono Yoga berpendapat bahwa, pergerakan masyarakat kembali meningkat karena sudah menurunnya kasus positif Covid 19 dan juga dilonggarkan nya aturan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Beliau juga berpendapat bahwa untuk mengurangi mobilitas masyarakat pekerja, pemberlakuan “work from home” menjadi salah satu opsi bahkan juga bisa menjadi budaya baru sehingga tidak semua orang harus kerja di luar rumah, dan juga untuk membatasi penggunaan kendaraan bermotor. Selain itu opsi lain adalah memberlakukan kebijakan ganjil-genap tidak hanya untuk kendaraan roda empat saja tetapi juga perlu diterapkan pada kendaraan roda dua mengingat pengguna motor di Jakarta lebih banyak dibandingkan dengan pengguna mobil, lalu uji emisi untuk kendaraan yang sudah tidak layak, dilansir dari suzuki.co.id uji emisi ini memberikan dampak positif di beberapa aspek.

Baca Juga : Merangkul Keberagaman Warga dalam Mewujudkan Ekonomi Hijau 

Salah satunya adalah lingkungan. Melalui proses ini akan diketahui kadar buangan dari hasil pembakaran mesin yang akan berpengaruh pada lingkungan. Jika kadar buangan mesin memiliki jumlah yang melebihi batas maksimal, berarti kendaraan tersebut sedang dalam kondisi tidak baik. Dalam hal ini, uji emisi juga bermanfaat untuk mengetahui ukuran kesehatan mesin kendaraan, dan opsi yang paling baik adalah memaksimalkan penggunaan kendaraan umum dan juga menambah armada kendaraan umum seperti Transjakarta, MRT, dan kereta. Hal ini tentu akan berjalan baik dengan adanya partisipasi publik.

 

Author

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *