Indonesia di COP29: Memimpin dengan Komitmen Hijau dan Darurat Partisipasi Publik dalam Keberlanjutan

IAP2 Indonesia – COP29 menjadi salah satu pertemuan iklim terpenting tahun ini, memberikan kesempatan bagi negara-negara untuk memperkuat komitmen mereka dalam menghadapi krisis iklim global. Bagi Indonesia, konferensi ini tidak hanya sekadar tempat untuk menegaskan komitmen terhadap lingkungan, tetapi juga kesempatan untuk memperjuangkan posisi sebagai pemimpin dalam keberlanjutan global. Mengingat ancaman perubahan iklim yang semakin nyata, COP29 adalah panggung penting di mana Indonesia bisa menjadi contoh nyata bagi negara-negara berkembang lainnya dalam mengatasi krisis lingkungan secara adil dan transparan.

Namun, dalam perjalanan menuju keberlanjutan, satu aspek yang seringkali luput dari perhatian adalah partisipasi publik. Tanpa keterlibatan nyata dari masyarakat, inisiatif keberlanjutan bisa menjadi sekadar janji di atas kertas. Untuk memastikan keberlanjutan benar-benar terwujud, diperlukan partisipasi publik yang berkualitas, bukan sekadar dukungan formalitas. Di COP29, Indonesia diharapkan membawa agenda ini, menyoroti pentingnya mendengarkan suara masyarakat dalam menentukan arah kebijakan lingkungan yang berdampak luas bagi kehidupan mereka.

 

Kisah dari Hutan: Masyarakat Adat dan Alih Fungsi Lahan

Hutan Indonesia adalah benteng alami keanekaragaman hayati dan paru-paru dunia yang mampu menyerap karbon dalam jumlah besar. Namun, hutan-hutan ini terus dirusak oleh ekspansi industri dan alih fungsi lahan yang mengancam kehidupan berbagai spesies, termasuk masyarakat adat yang telah hidup selaras dengan alam selama berabad-abad. Saat ini, komunitas adat di berbagai daerah menyaksikan lahan mereka diambil alih oleh perusahaan tanpa partisipasi atau persetujuan mereka, mengorbankan hak-hak mereka demi kepentingan ekonomi.

Dalam banyak kasus, komunitas ini justru menjadi korban dari kebijakan yang tidak mereka pahami atau sepakati. Akibatnya, mereka kehilangan akses ke tanah dan sumber daya yang menjadi mata pencaharian mereka. Tanpa adanya keterlibatan aktif dari masyarakat adat dan lokal, inisiatif keberlanjutan tidak hanya tidak adil, tetapi juga rentan gagal di lapangan. Inilah mengapa penting bagi para pemimpin di COP29 untuk mengangkat isu ini: mendukung masyarakat adat sebagai penjaga alam sekaligus mendengar suara mereka dalam pengambilan keputusan lingkungan.

 

Darurat Partisipasi Publik: Mengapa Suara Rakyat Dibutuhkan

Indonesia masih bergulat dengan ancaman greenwashing, di mana komitmen keberlanjutan yang diungkapkan oleh perusahaan atau lembaga bisa saja tidak mencerminkan kenyataan. Survei EY mencatat bahwa lebih dari separuh CFO global merasa bahwa greenwashing dapat mengancam reputasi perusahaan, terutama ketika data keberlanjutan yang tersedia sering kali sulit diverifikasi dan tidak akurat (EY, 2024). Di tengah ketidakpercayaan publik ini, partisipasi masyarakat menjadi sangat penting agar setiap kebijakan lingkungan yang diambil benar-benar mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Partisipasi publik bukan hanya soal transparansi, tetapi juga tentang memberi masyarakat kesempatan untuk berkontribusi pada solusi. Ketika masyarakat terlibat dalam proses pengambilan keputusan, mereka merasa memiliki kepentingan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Hal ini terbukti efektif di berbagai negara yang telah menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat meningkatkan keberhasilan proyek lingkungan. Di COP29, Indonesia bisa menjadi suara yang menekankan perlunya model pembangunan yang terbuka dan inklusif, di mana masyarakat memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dan berkontribusi pada solusi iklim.

Rekomendasi Strategi Negosiasi Bagi Para Pemimpin Indonesia di COP29

 

1. Advokasi Partisipasi Publik sebagai Komponen Kunci Keberlanjutan

COP29

Sumber foto: Yoursay – Suara.com

Indonesia harus memanfaatkan momentum COP29 untuk menekankan pentingnya partisipasi publik yang berkualitas dalam setiap keputusan iklim. Dengan membawa agenda ini, Indonesia bisa mendorong pembentukan mekanisme internasional yang mewajibkan negara-negara untuk melibatkan masyarakat dalam kebijakan keberlanjutan. Hal ini akan membantu Indonesia menonjol sebagai negara yang tidak hanya peduli pada lingkungan tetapi juga menghargai hak dan suara rakyatnya.

 

2. Mendorong Transparansi dalam Kebijakan dan Data Emisi

COP29

Sumber foto: Keuangan Kontan

Dengan meningkatnya tuntutan global akan transparansi data, Indonesia bisa mengusulkan kerangka kerja yang mendorong negara-negara untuk melaporkan data emisi dan keberlanjutan secara terbuka dan akurat. Ini akan mengurangi potensi greenwashing sekaligus memastikan bahwa masyarakat dan pemangku kepentingan dapat mengakses informasi yang benar. Penggunaan kerangka Taskforce on Nature-related Financial Disclosures (TNFD) adalah salah satu cara untuk memastikan transparansi pelaporan (ESG Today, 2024).

 

3. Memfasilitasi Diskusi Inklusif dengan Komunitas Adat dan Lokal

Sumber foto: Nurul Firmansyah – WordPress.com

Banyak komunitas adat dan lokal di Indonesia yang terancam oleh proyek pembangunan yang tidak melibatkan mereka. Di COP29, para pemimpin Indonesia dapat mengadvokasi pembentukan forum internasional yang memastikan bahwa suara masyarakat adat didengar dalam setiap proyek yang berdampak pada mereka. Ini adalah bentuk nyata dari penghargaan terhadap hak masyarakat lokal dan komitmen untuk menjaga keadilan sosial dalam transisi energi.

 

4. Mengusulkan Insentif Global untuk Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Sumber foto: Belasting id

Sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, Indonesia perlu memperjuangkan insentif global untuk konservasi alam. Insentif ini bisa menjadi modal penting bagi negara berkembang untuk menjaga ekosistem sambil tetap mendukung pertumbuhan ekonomi mereka. Dengan memperjuangkan insentif ini, Indonesia akan memposisikan dirinya sebagai pelopor dalam upaya global untuk melindungi keanekaragaman hayati.

 

5. Meningkatkan Kesadaran dan Partisipasi Publik Melalui Pendidikan Lingkungan

Sumber foto: The Indonesian Institute

Partisipasi publik akan efektif jika masyarakat memiliki pemahaman yang memadai mengenai krisis iklim dan keberlanjutan. Di COP29, Indonesia bisa mengusulkan agar negara-negara berinvestasi dalam pendidikan lingkungan sebagai bagian dari strategi nasional keberlanjutan. Ini akan memastikan bahwa generasi mendatang memiliki kesadaran lingkungan yang kuat dan mampu berperan aktif dalam menghadapi perubahan iklim.

Baca juga: Apa yang Bisa Indonesia Pelajari dari Negara Lain dalam Praktik Partisipasi Publik?

 

Kesimpulan

Di COP29, Indonesia memiliki peluang besar untuk menunjukkan kepemimpinan dalam keberlanjutan yang adil dan inklusif. Dalam pertemuan ini, para pemimpin Indonesia diharapkan tidak hanya fokus pada komitmen pengurangan emisi, tetapi juga mengadvokasi pentingnya partisipasi publik dalam setiap langkah keberlanjutan. Dengan mengutamakan keterlibatan masyarakat, transparansi data, dan perlindungan hak masyarakat adat, Indonesia bisa menunjukkan kepada dunia bagaimana negara berkembang dapat menjadi teladan dalam menciptakan masa depan yang hijau dan berkelanjutan.

Sebagai negara dengan kekayaan alam dan keragaman budaya, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa perjalanan menuju keberlanjutan tidak mengorbankan hak dan kepentingan rakyat. Dengan strategi negosiasi yang tepat di COP29, Indonesia bisa mengukuhkan dirinya sebagai pelopor keberlanjutan yang mengedepankan keadilan dan transparansi di tingkat global.

 

 

Referensi

1. EY. (2024). Over Half of CFOs Fear Greenwashing Risk as Sustainability Data Problems Persist. Retrieved from https://www.esgtoday.com/over-half-of-cfos-fear-greenwashing-risk-as-sustainability-data-problems-persist-ey-survey/

2. ESG Today. (2024). Over 500 Companies Commit to Report on Nature Biodiversity Risk Using TNFD Framework. Retrieved from https://www.esgtoday.com/over-500-companies-commit-to-report-on-nature-biodiversity-risk-using-tnfd-framework/

3. The Guardian. (2024). Carbon Emissions of Richest 1% Increase Hunger, Poverty, and Deaths, Says Oxfam. Retrieved from https://www.theguardian.com/environment/2024/oct/28/carbon-emissions-of-richest-1-increase-hunger-poverty-and-deaths-says-oxfam

4. Green Network. (2024). Alih Fungsi Hutan Ancam Habitat dan Populasi Gajah Sumatera. Retrieved from https://greennetwork.id/kabar/alih-fungsi-hutan-ancam-habitat-dan-populasi-gajah-sumatera/

5. Asia Times. (2024). Prabowo’s Big Chance to Be a Global Green Leader. Retrieved from https://asiatimes.com/2024/10/prabowos-big-chance-to-be-a-global-green-leader/

Bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *