Semangat Kolaborasi Multipihak dalam Peluncuran CoFREE Initiative

CoFREE Initiative diluncurkan pada Selasa, 1 Desember 2020. Acara peluncuran ini dilakukan secara daring dan menghadirkan tokoh-tokoh penting di Indonesia. Acara peluncuran CoFREE Initiative yang bertema “Kemitraan Multipihak dalam Pengembangan dan Penerapan Prinsip Ekonomi Hijau dan Berkelanjutan untuk Pemulihan Ekonomi Indonesia Pasca COVID-19” dibuka oleh Duta Besar Republik Indonesia, Y. Kristiarto S. Legowo. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa hubungan Indonesia Australia sangat baik, solid, dan kokoh. Hal ini dibuktikan pada 2018 terdapat pendeklarasian peningkatan hubungan bilateral yang  sebelumnya bersifat komprehensif partnership menjadi komprehensif strategic partnership. Sebelumnya, Spica A. Tutuhatunewa, Konsul Jenderal Indonesia untuk Victoria dan Tasmania juga menegaskan pada bahwa IA CEPA 5 Juli 2020 juga membuka lebar kerja sama dalam bidang Perdagangan, ekspor dan investasi, produk ekonomi hijau. Dalam IA CEPA, Australia mengeliminasi Pos Tarif untuk lebih dari 6000 produk Indonesia untuk memasuki Pasar Australia. Dalam kaitan tersebut, CoFREE Initiative diharapkan dapat menjadi mitra penting untuk petani, dan pelaku UMKM Indonesia dalam mengembangkan produk ekspor yang bernilai tambah tinggi berkelanjutan menerapkan prinsip ekonomi hijau dan rendah karbon untuk memasuki pasar Australia, KOPI akan menjadi salah satu produk unggukan dari inisiative ini. Indonesia adalah produsen kopi nomor 4 di Dunia, setelah Brazil, Vietnam, dan Colombia.

Pada acara peluncuran tersebut, Suharso Monoarfa, Menteri PPN/Bappenas juga hadir untuk memberi sambutan kunci. Dalam sambutannya, beliau mengungkapkan bahwa Indonesia telah mengalami kontraksi ekonomi pada dua kuartal secara berturut-turut, yaitu Q2 sebesar -0,32% dan Q3 sebesar -3,49%. Oleh karena itu, pemerintah saat ini  sedang menggalakkan Build Back Better, yaitu pembangunan kembali dengan lebih baik. Salah satu yang diprioritaskan adalah pembangunan rendah karbon dengan mendorong perekonomian hijau di Indonesia. Menteri PPN/Bappenas juga menyampaikan bahwa berbagai pengalaman dan praktik global telah membuktikan bahwa investasi hijau di masa pemulihan dapat menciptakan perekonmian yang lebih besar dan tentunya memiliki dampak yang berkelanjutan.

Menambahkan pernyataan Menteri PPN/Bappenas, Deputi Bidang Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas, Arifin Rudiyanto, menjelaskan bahwa pada tahun ini, pemerintah telah mengalokasikan 677 triliun untuk penanganan pandemi di berbagai sektor, secara khusus pemerintah telah mengalokasikan stimulus sebesar 123 Triliun rupiah untuk membangkitkan kembali UMKM di Masa Pandemi, masih dalam konteks terhadap respons pada 2031 pembangunan ekonomi pada 4 hal; pemulihan industri pariwisata dan investasi termasuk pada penguatan sistem ketahanan pangan, reformasi sistem kesehatan nasional melalui penguatan germas, reformasi sistem perlindungan sosial dan sistem ketahanan bencana, dan reformasi sistem ketahanan bencana.

CoFREE Initiative dibina langsung oleh Bapak Lingkungan Hidup Indonesia, Prof. Dr. Emil Salim. Dalam sambutannya, Prof Emil menekankan pentingnya kerja sama antara Indonesia dan Australia mengingat pemanasan global yang terjadi berpotensi mengancam tenggelamnya pulau-pulau di Indonesia dan Australia. Selain itu, berkaitan dengan pandemi yang tengah terjadi yang telah berdampak secara global, khususnya di Indonesia. Maka dari itu, penting sekali untuk berkolaborsi antarintelektual, antaruniversitas, antarcendekiawan, antarprofesi untuk menghadapi masalah-masalah yang terjadi saat ini dengan tetap menjaga ekosistem.

Tokoh-tokoh yang tidak kalah penting juga turut memberikan sambutan, yakni Co-founder CoFREE Initiative, Emil Hardy Ridwan (CEO Next Frontier) dan Aldi Muhammad Alizar (Chairman Anwar Muhammad Foundation dan International Association for Public Participation Indonesia). Emil menyebutkan bahwa CoFREE Initiative hadir sebagai gerakan kolaborasi multipihak lintas batas negara yang memprsiapkan, membimbing, dan membuka akses pasar serta mendorong petani, nelayan dan UMKM Hijau untuk masuk ke dalam rantai nilai global. Dalam sambutannya, Aldi menyatakan bahwa fokus utama CoFREE adalah untuk Kesejahteraan petani, nelayan, UMKM Indonesia dengan tujuan agar kalangan petani, nelayan, atau UMKM Indonesia bisa lebih baik, lebih cerdas, lebih pintar dengan teknologi, lebih adil dalam hal perdagangan. Sehingga cita2 ke depan ditahun 2045 Indonesia menjadi negara besar bisa tercapai.

Acara peluncuran CoFREE Initiative dilengkapi dengan rangkaian webinar. Rangkaian webinar pertama diselenggarakan pada Rabu, 2 Desember 2020 yang dibagi ke dalam 2 sesi. Tema pada sesi pertama adalah “Pembanguna Ekonomi Hijau dalam Mendukung Pengembangan Produk Ekspor Bernilai Tambah Tinggi”. Pada webinar pertama sesi pertama, CoFREE Initiative menghadirkan narasumber, yaitu Amalia A. Widyasanti, ST, Msi, M.Eng, PhD, Deputi Bidang Ekonomi (PLT) / Staf Ahli Menteri PPN Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan yang membahas “Ekonomi Hijau dan IA CEPA dalam Perspektif pembangunan Indonesia jangka Menengah”, Spica A. Tutuhatunewa, Konsul Jenderal Indonesia untuk Victoria dan Tasmania, dengan paparan yang berjudul “Prospek IA-CEPA untuk mendorong Ekspor Produk Hijau Indonesia ke Australia”, Danny Januar Ismawan, Direktur Layanan Telekomunikasi dan Informasi untuk Masyarakat dan Pemerintah, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) yang membawa bahasan mengenai “Peran BAKTI Kominfo dalam membangun Ekosistem Digital dalam Upaya Mendukung Pengembangan Petani Pintar dan Sejahtera”, Erwin Novianto, Regional General Manager, Asia Pacific, Fair Trade yang membahas “Pembelajaran dalam Memperkenalkan dan Melembagakan Kerangka Fair Trade bagi para Petani Pintar dan Sejahtera” dan Arham Ansyhar, Executive Director, Sulawesi Community Foundation dengan paparan yang berjudul “Mendukung Inisiatif Pengembangan Usaha Ekonomi Hijau dan Akses Pasar bagi Produk Hijau Unggulan Komunitas di Sulawesi”.

Pada sesi kedua, narasumber juga datang dari berbagai kalangan. Sesi kedua bertema “Sustainable Financing dan Pembangunan Ekonomi Hijau di Indonesia”. Untuk kedua kalinya, Amalia A. Widyasanti, ST, Msi, M.Eng, PhD menjadi narasumber pada rangkaian webinar sesi kedua ini. Beliau memaparkan ”Peran Pembiayaan berkelanjutan di dalam pengembangan ekonomi hijau di Indonesia”. Narasumber berikutnya adalah Darwin Trisna Djajawinata, ST, M.Sc, Operation & Finance Director, PT. Sarana Multi Infrastruktur (SMI) yang membahas “Peran PT SMI di dalam pengembangan sustainable Financing di Indonesia”. Berikutnya adalah pemaparan dari Muhammad Didi Hardiana, Head of Innovative Financing, Lab UNDP Indonesia yang memaparkan “Peran lembaga donor di dalam mendukung pembangunan ekonomi hijau dan berkelanjutan di Indonesia”. Webinar sesi kedua ini ditutup oleh pemaparan oleh Lany Harijanti, Country Program Manager, Global Reporting Initiative (GRI) Indonesia yang menjelaskan “SMART (Specific, Measurable, Achievable, Resource Based with Time Based Deliverables)”.

Rangkaian Webinar berikutnya diselenggarakan pada Kamis, 2 Desember 2020. Tema yang diusung dalam webinar kali ini adalah “Produk Unggulan dan Potensi UMKM Hijau Indonesia untuk Masuk ke dalam Rantai Nilai Global” dan “Pembangunan Rendah Karbon sebagai Salah Satu Kontribusi Percepatan Pemulihan ekonomi pAsca Covid-19”. Pada sesi pertama, materi dibawakan oleh M. Riza Adha Damanik, ST, MSI., PhD, Staf Ahli Menteri Koperasi dan UKM, Kementerian Koperasi dan UKM. Kemudian dilanjutkan oleh Ayu Siti Maryam, Kepala ITPC Sydney yang menjabarkan tentang “IA-CEPA dan Prospek Produk Hijau Unggulan Indonesia di Australia”, Gautsil Madani, Direktur Utama, Angkasa Pura Cargo yang memaparkan “Logistik Ekspor Produk Hijau khususnya Kopi Indonesia ke Australia; Tantangan dan Peluang”, Diana Sari, S.E, M.Mgt, PhD, Direktur Inovasi dan Korporasi, Universitas Padjadjaran yang menjelaskan “Peran Lembaga Pendidikan Tinggi dalam mengembangkan UMKM Hijau Indonesia untuk dapat masuk ke dalam rantai nilai global” dan Aldi Muhammad Alizar, Chairman, Anwar Muhammad Foundation, Co-Founder CoFREE yang memaparkan “Kopi Indonesia dan Produk Hijau; Menampilkan Pemberdayaan Hijau bagi Petani Kopi di Pulau Sumatera”

Pada sesi kedua, CoFREE Initiative menghadirkan Ir. Medrilzam, M.Prof. Econ, Ph.D, Direktur Lingkungan Hidup, Kementerian PPN/Bappenas menjelaskan “Pembangunan Rendah Karbon di Indonesia dalam 5 Tahun Mendatang dan Faedahnya Dalam Upaya Pemulihanekonomi Pasca Covid19, Dr. Marthin Nanere, Senior Lecturer, La Trobe University, memaparkan “Benchmarking, Pengembangan Ekonomi Hijau dan Rendah Karbon di Australia”, kemudian Prijandaru Effendi, Presiden Indonesia Geothermal Association (INAGA), EVP of Relation and Support Service, Supreme Energy, menjelaskan “Peran Industri Rendah Karbon (Geothermal) dalam Mendukung Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat” dan Zulfira Warta, Climate Project Leader, WWF Indonesia, menjabarkan “Pembangunan Rendah Karbon terkait Pembangunan Ekonomi Perdesaan Pasca Covid19”.

Berakhirnya rangkaian webinar dalam acara Peluncuran CoFREE Initiative merupakan langkah awal CoFREE Initiative dalam membangun strategi pembangunan UMKM Hijau Indonesia secara berkelanjutan.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya acara ini. Serangkaian acara Peluncuran CoFREE Initiative ini tidak akan berjalan dengan sukses tanpa adanya dukungan dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne, Kementerian PPN/Bappenas, BAKTI (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi) Kominfo, Angkasa Pura Kargo, Lloyd’s Register serta para nara sumber dari berbagai institusi yang turut mensukseskan acara ini.

Bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *