Seminar Februari 2015: Tantangan Investasi dalam Perencanaan Keberlanjutan Sosial dan Lingkungan

sosial dan lingkungan

Pada hari Rabu, 25 Februari 2015, IAP2 Indonesia mengadakan seminar bertajuk “Tantangan Investasi dalam Perencanaan Keberlanjutan Sosial dan Lingkungan“. Terdapat tiga pembicara yang mengisi seminar ini, yaitu (1) Ir. Wiratno, MSc., (2) Adi Nataatmadja, dan (3) Dewi Arilaha. Dalam seminar kali ini, Pak Wiratno telah berbagi mengenai peran pemerintah dalam mengurangi konflik sosial di bidang perhutanan melalui pemberdayaan masyarakat, sedangkan Pak Adi berbagi mengenai cara konsultasi publik yang dapat dilakukan oleh pihak swasta untuk mengurangi konflik di daerah proyek mereka. Ibu Dewi menutup dengan berbagi mengenai metode penelitian untuk mengerti masyarakat yang paling terpinggirkan.

Pak Wiratno sebagai Direktur Bina Perhutanan Sosial, Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, membawakan presentasi mengenai Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat. Konflik yang seringkali terjadi antara masyarakat dan pemerintah mengenai penggunaan hutan merupakan suatu tantangan investasi bagi industri yang beroperasi di dalam dan sekitar hutan. Konflik ini terjadi karena masyarakat tidak memiliki akses dan juga kapasitas memadai untuk mengelola hutan di dekat mereka. Melalui program Perhutanan Sosial oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pemerintah bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar hutan melalui pemberdayaaan masyarakat dengan memperhatikan aspek kelestariannya.

Pak Adi Nataatmadja adalah Environmental & Social Manager di Asia Green Capital. Beliau membawakan presentasi mengenai Konsultasi Publik Berdasarkan Perspektif Standar IFC: Studi Kasus Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu di Sulawesi Selatan. Salah satu resiko dalam proyek adalah konflik dengan masyarakat setempat. Hal ini dapat diatas dengan konsultasi publik yang baik. Perusahaan perlu melihat konsultasi publik ini sebagai investasi dan bukan biaya, karena konflik sosial yang terjadi di masa datang karena konsultasi publik yang kurang atau tidak ada di awal akan menjadi biaya yang jauh lebih besar.

Ibu Dewi Arilaha adalah Communication Adviser untuk Reality Check Approach (RCA) Indonesia yang saat ini dikomisikan oleh TNP2K dan Kantor Wakil Presiden. Beliau mengangkat tema Menggali Suara yang Paling Terpinggirkan: Sebuah Pendekatan dengan In Depth ConversationSeringkali, masyarakat dengan suara yang paling terpinggirkan tidak ‘terdengar’ suaranya oleh pemerintah, padahal mereka inilah target utama dalam berbagai bantuan sosial. Forum yang diadakan di masyarakat seringkali dihadiri oleh pemuka agama, pemuka adat, dan tokoh-tokoh di desa, dimana mereka bukanlah bagian dari masyarakat termiskin di desa. RCA menggunakan in-depth conversation (percakapan mendalam) dan tinggal dengan keluarga paling tidak mampu untuk mengerti bagaimana mereka melihat bantuan sosial dari pemerintah. (Admin/KDS)

Author

Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *