Ketika Stereotip Gender Menghalangi Partisipasi Politik Perempuan

IAP2 Indonesia – Partisipasi politik perempuan merupakan salah satu indikator penting dalam menilai kesetaraan gender dalam masyarakat. Meskipun perempuan menyusun hampir setengah dari populasi global, mereka sering kali terpinggirkan dalam pengambilan keputusan politik. Salah satu faktor utama yang menghambat keterlibatan perempuan dalam politik adalah stereotip gender yang mendalam dan normatif. Stereotip ini menciptakan persepsi bahwa peran perempuan terbatas pada urusan domestik, sementara ruang publik dan politik dianggap sebagai domain laki-laki.

Dalam banyak budaya, norma-norma sosial yang kaku menempatkan perempuan pada posisi subordinat, menganggap mereka tidak memiliki kapasitas atau keahlian untuk mengambil keputusan penting. Akibatnya, banyak perempuan merasa tertekan untuk tidak berpartisipasi aktif dalam politik, baik karena rasa minder maupun karena ketakutan akan stigma sosial. Selain itu, kurangnya akses terhadap pendidikan politik dan dukungan dari partai politik juga menjadi hambatan signifikan bagi perempuan yang ingin terlibat dalam arena politik.

Lalu apa saja hambatannya?

1. Budaya Patriarki

Sumber foto: katadata

Budaya patriarki yang masih dominan sering kali menempatkan perempuan dalam peran tradisional, membatasi akses mereka ke ranah publik. Persepsi bahwa politik adalah domain laki-laki membuat banyak perempuan merasa tidak diizinkan atau tidak mampu untuk berpartisipasi.

2. Kekerasan dan Intimidasi

Sumber foto: beautynesia

Perempuan yang terlibat dalam politik sering kali menghadapi kekerasan dan intimidasi, baik fisik maupun verbal. Ancaman ini menciptakan suasana yang tidak aman, menghalangi perempuan untuk menyuarakan pendapat mereka atau mencalonkan diri dalam pemilihan umum.

3. Kurangnya Pendidikan Politik

Sumber foto: ANTARA News

Banyak perempuan tidak memiliki akses terhadap pendidikan politik yang memadai, sehingga mereka kurang memahami proses politik, hak-hak politik mereka, dan cara berpartisipasi secara efektif. Hal ini menghambat kemampuan mereka untuk terlibat secara aktif.

4. Beban Ganda

Sumber foto: SENTA

Perempuan sering kali mengalami beban ganda sebagai ibu rumah tangga dan pekerja, yang membuat mereka sulit untuk meluangkan waktu dan energi untuk terlibat dalam politik. Tanggung jawab domestik yang besar membatasi keterlibatan mereka dalam kegiatan politik yang intensif.

5. Stigma Sosial

Sumber foto: kompas com

Stigma dan stereotip negatif terhadap perempuan dalam politik dapat menghalangi partisipasi mereka. Persepsi bahwa perempuan dianggap lemah atau tidak kompeten membuat banyak perempuan ragu untuk mengambil langkah maju dalam karier politik mereka.

 

Lalu Bagaimana Cara Meningkatkan Kesetaraan Gender Melalui Partisipasi Perempuan dalam Politik?

 

1. Meningkatkan Keterlibatan Perempuan

Sumber foto: optika id

Keterlibatan perempuan dalam lembaga legislatif memastikan bahwa suara dan kepentingan perempuan diakomodasi dalam kebijakan publik. Dengan meningkatkan jumlah perempuan di parlemen membantu menciptakan kebijakan yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

2. Pengubahan Persepsi Masyarakat

Sumber foto: halodoc

Keberadaan perempuan dalam posisi kepemimpinan dapat mematahkan stereotip gender yang merugikan. Meningkatkan visibilitas perempuan sebagai pemimpin dapat menginspirasi generasi mendatang untuk terlibat dalam politik.

3. Peningkatan Kualitas Kebijakan

Sumber foto: medcom id

Perempuan sering kali membawa perspektif dan pengalaman berbeda yang dapat memperkaya diskusi dan pengambilan keputusan. Isu-isu yang sering terabaikan, menjadi dapat perhatian lebih ketika perempuan terlibat dalam politik. Mendorong penerapan kebijakan afirmatif, seperti kuota untuk pencalonan perempuan, untuk memastikan keterwakilan yang lebih baik. Memperkuat dukungan bagi inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi politik perempuan.

4. Penguatan Demokrasi

Sumber foto: Solidaritas Perempuan

Partisipasi aktif perempuan membuat proses pengambilan keputusan lebih demokratis dan representatif. Dengan melibatkan berbagai suara, kebijakan yang dihasilkan menjadi lebih adil dan mencerminkan kebutuhan seluruh anggota masyarakat.

5. Perubahan Budaya

Sumber foto: Kompas Money

Keterlibatan perempuan dalam partisipasi politik dapat mendorong perubahan budaya yang lebih luas terkait kesetaraan gender. Sehingga masyarakat menjadi lebih sadar akan pentingnya kesetaraan gender dan hak-hak perempuan. Partisipasi dalam politik juga memberikan kesempatan bagi perempuan untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan jaringan profesional.

Baca Juga : RUU TNI Disahkan, Suara Publik Diabaikan?

Kesimpulan

Partisipasi politik perempuan sangat penting untuk mencapai kesetaraan gender, namun masih banyak tantangan yang menghambat keterlibatan mereka. Stereotip gender, norma patriarkis, kekerasan, kurangnya pendidikan politik, dan stigma sosial menjadi hambatan utama. Untuk mengatasi masalah ini, perlu meningkatkan keterlibatan perempuan dalam politik, mengubah persepsi masyarakat, dan mendorong kebijakan afirmatif. Dengan cara ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan memperkuat demokrasi, sehingga perempuan dapat berpartisipasi secara penuh dan setara dalam pengambilan keputusan politik.

 

 

Referensi

Bacchi, C. L. (2010). Gender and the Politics of Policy Making. New York: Routledge

World Economic Forum. (2021). Global Gender Gap Report 2021.

Kahpi, M., & Harahap, A. (2024). ANALISIS PARTISIPASI POLITIK PEREMPUAN DI INDONESIA: FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDORONG. Jurnal Kajian Gender dan Anak, 8(1), 64 – 77. doi:https://doi.org/10.24952/gender.v8i1.11067

berandainspirasi.id. (2023). Perempuan dan Politik: Menyongsong Kesetaraan Gender dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.

Bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *