COVID-19 yang terjadi di seluruh belahan dunia memang melumpuhkan roda pembangunan yang sedang bergegas memenuhi agenda global yang berakhir pada tahun 2030. Fokus pembangunan semua negara bergerak ke arah mencari solusi untuk mengakhiri COVID-19 dan sekaligus juga memikirkan pasca wabah dan mencari cara untuk merehabilitasi dan merekonstruksi kembali pembangunan yang terdampak wabah dengan lebih baik lagi (build back better).
Build Back Better menjadi tema awal pada diskusi IAP2 Indonesia dengan Global Water Partnership South East Asia (GWP-SEA). Tata Kelola Air (Water Governance) dalam situasi Pandemi ini adalah hal yang signifikan. Himbauan untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan sesering mungkin, dan penggunaan disinfektan mengakibatkan penggunaan air menjadi berlipat ganda. Hal ini tidak menjadi masalah bagi negara yang memiliki Tata Kelola Air yang baik, namun situasi ini akan menjadi tantangan bagi negara yang tidak memilikinya. Dalam tataran negara, dapat dilihat kasus dari Negara Yaman dimana mencuci tangan adalah sesuatu yang mewah karena kelangkaan air. Dari situasi ini muncul kebutuhan untuk menyusun protokol yang mengatur public health pada saat bencana (baik alam dan non alam) yang menjadikan tata kelola air sebagai salah satu elemennya.
Berdasarkan situasi ini, GWP-SEA berencana untuk menyusun position paper terkait respon terhadap COVID-19 dan tata kelola air: apa yang harus dilakukan pasca-wabah? apa rencana negara untuk mengejar ketertinggalan dan membangun perekonomian agar pembangunan kembali yang dilakukan lebih baik dari sebelumnya (build back better)? Dalam position paper tersebut, akan ditegaskan penguatan fondasi public-health system yang didalamnya menyangkut tata kelola air dan kesiapan dalam menghadapi situasi darurat (bencana alam dan non-alam). Sistem tersebut dimulai dari peraturan hingga teknologi apa yang perlu disiapkan. Hal ini diperlukan sebagai tindakan mitigasi apabila dikemudian hari keadaan serupa terulang Indonesia sudah siap. Fondasi public-health system yang didalamnya menyangkut tata kelola air ini menjadi salah satu fondasi dalam pembangunan ekonomi setelah pasca wabah. Fondasi lainnya adalah jaring pengaman sosial dan emergency response system yang mumpuni seperti yang dimiliki oleh negara-negara maju. GWP-SEA juga menyebutkan satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan position paper adalah dengan melihat kecenderungan publik saat ini yang lebih menyukai hal yang bersifat aksi nyata selain tulisan untuk mengedukasi masyarakat melalui media massa.
IAP2 Indonesia melihat situasi selama terjadinya COVID-19 ini menjadi kesempatan untuk mempererat koordinasi dan kolaborasi. IAP2 Indonesia mendukung position paper yang dikemukakan oleh GWP-SEA dengan menekankan pada point partisipasi publik pada tata kelola air dengan menggunakan Lima Spektrum Partisipasi Publik, yaitu Inform (Menginformasikan), Consult (Mengkonsultasikan), Involvement (Keterlibatan), Collaborate (Berkolaborasi) dan Empowerment (Memberdayakan). Penggunaan Lima Spektrum ini diharapkan menjadi pembuka bagi perbaikan Tata Kelola Air secara teknis, dan terbangun pemahaman akan pentingnya partisipasi publik serta mendorong adanya pelibatan publik secara otentik. Sebagai langkah awal, diskusi daring dalam format webinar dapat dilakukan. Strategi ini menjadi salah satu solusi banyak pihak selama situasi COVID-19 dan menjaga koordinasi antar pihak tetap dijalankan, tanpa perlu melakukan pertemuan fisik.
Kolaborasi lainnya adalah Kampanye Global ‘Year of Participation”. IAP2 Indonesia berharap kampanye global yang akan segera diluncurkan ini juga akan menjadi kolaborasi antara IAP2 Indonesia dan GWP-SEA, dimana dukungan dari Pemerintah Indonesia melalui Bappenas dan Kemenlu telah didapat.***IS
* Tulisan ini disusun berdasarkan diskusi dengan GWP-SEA
Sumber Foto:
Photo by Pratik Gupta from Pexels