Tag: Kebijakan Publik

Sertifikasi Profesional untuk Partisipasi Publik

Sertifikasi Profesional untuk Partisipasi Publik

Program Sertifikasi adalah program profesional baru yang tersedia untuk para anggota IAP2. Sertifikasi membuktikan, melalui penilaian independen, bahwa Anda telah memiliki pengetahuan dan keahlian dasar untuk melakukan peran profesional dalam bidang partisipasi publik. Sertifikasi profesional mensyaratkan adanya penilaian formal dan independent. IAP2 Kanada dan IAP2 USA sudah sepenuhnya mengimplementasikan program Sertifikasi yang disahkan oleh IAP2 International pada tahun 2014. Program ini menawarkan dua level sertifikasi: Certified Public Participation Professional (CP3) dan Master Certified Public Participation Professional (MCP3). Untuk saat ini, MCP3 saat ini tidak tersedia di Kanada.

Istilah Certified Public Participation Professional (CP3) atau Profesional Partisipasi Publik Bersertifikat menunjukkan bahwa Anda telah memenuhi atau melalui serangkaian kriteria yang diakui secara internasional sebagai praktisi P2. Dengan kata lain, Anda telah memiliki semua Kompetensi Inti (5) dan mempunyai “rekam jejak” yang mapan di lapangan. Hal tersebut tidak sama dengan yang menerima “Certificate of Completion” dalam Pelatihan Dasar-Dasar Partisipasi Publik IAP2.

Sertifikat CP3 diberikan setelah menyelesaikan dan evaluasi dari 3 langkah penilaian kandidat. Penilaian didasarkan pada 5 kompetensi inti dan 29 kriteria yang sesuai (corresponding criteria) untuk Amerika Serikat dan 31 untuk Kanada. Sertifikat MCP3 berfokus pada kompetensi lanjutan di luar pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan, perilaku, dan kemampuan yang dinilai di level CP3

Semua anggota IAP2 yang memiliki reputasi baik dan telah menyelesaikan Pelatihan Dasar-Dasar Partisipasi Publik IAP2 selama 5 hari (sebelumnya kursus Sertifikat) berhak untuk mendaftar.

Pelajari Lebih Lanjut IAP2 Kanada | IAP2 USA

Klik di sini untuk tenggat waktu aplikasi yang akan datang.

Informasi lebih lengkap klik di sini.

Sumber: https://www.iap2.org/page/professionalcertification

Kolaborasi SGPP dan IAP2

Kolaborasi SGPP dan IAP2 : Perjalanan untuk Kemajuan Bersama

Jakarta – Pertemuan tahunan IAP2 Indonesia yang diselenggarakan Kamis, 5 Desember 2019 di Mula by Galeria, Cilandak, Jakarta Selatan, salah satunya menghadirkan Ony A. Jamhari, CEO dari School of Government and Public Policy (SGPP) Indonesia. SGPP merupakan mitra IAP2 Indonesia sejak tahun 2018, termasuk dalam menyelenggarakan International Forum on Public Participation and Stakeholder Engagement for Sustainable Development Goals (IFP2SE) pada 29 April – 1 Mei 2019 di Bangkok, Thailand.

Dalam sesi sharing bersama Ony A. Jamhari, ia memperkenalkan profil SGPP yang saat ini sudah berjalan lima tahun. Memiliki kampus yang berlokasi di Sentul, Bogor, SGPP memiliki 30-40 siswa di setiap angkatannya. Salah satu hal yang khas di SGPP adalah, setiap Senin pagi, mereka selalu mengadakan kuliah umum dengan berbagai topik dan pembicara yang ahli di bidangnya. Di angkatan ke-6 sekarang ini, SGPP memiliki satu kegiatan baru yaitu sesi Passion Talk, yang mana setiap mahasiswa akan mempresentasikan satu topik tertentu, mengenai expertise mereka atau hal-hal yang menjadi passion  mereka. Dalam setahun ini, rencananya ada 40 passion talk dan semua itu akan didokumentasikan oleh SGPP.

Terkait kerja sama SGPP dengan IAP2 Indonesia, Ony mengungkapkan kemitraan ini telah membawa energi positif bagi kedua belah pihak. Menurutnya, kolaborasi adalah kunci keberhasilan bagi instansi dan perorangan untuk dapat terus eksis dan tumbuh berkembang di zaman yang serba cepat ini. Bukan lagi berbicara siapa yang paling unggul tetapi apa yang dapat dilakukan bersama-sama untuk mencapai misi yang identik.

Untuk itu sejak ditandatanganinya MoU antara SGPP Indonesia dengan IAP2 Indonesia pada tahun 2018, komitmen untuk menjalin kerjasama terus dipupuk hingga saat ini. Kolaborasi dilakukan dalam lingkup kegiatan, antara lain, pertukaran bahan ilmiah, publikasi, dan informasi; konferensi bersama, program akademik, dan kegiatan budaya; kegiatan dan publikasi penelitian bersama; dan program kolaboratif akademik bersama. Di tahun 2020, kegiatan kolaboratif antara SGPP dan IAP2 Indonesia diharapkan bisa berkembang lebih jauh dan berdampak luas di masyarakat.

partisipasi publik

Kesalahpahaman Umum Tentang Partisipasi Publik

Pembangunan di suatu kota memerlukan perencanaan dan rancangan yang mengedepankan sustainability (keberlanjutan), terutama dalam penyediaan fasilitas publik. Peran serta masyarakat pun mesti dilibatkan mulai dari tahapan pemeriksaan (assessment), perencanaan (planning), pelaksanaan (implementing), pemantauan dan evaluasi (monitoring and evaluation).

Namun, seringkali para pengambil keputusan merasa terbebani jika harus melibatkan publik di setiap proses pembangunan. Padahal, pelibatan publik dapat mematangkan rencana yang dibuat oleh tim proyek atau penyelenggara proyek. Rencana yang dibuat akan semakin komprehensif, karena di dalamnya terdapat rencana untuk keterlibatan produktif yang dikembangkan.

Apakah dengan melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan sama juga dengan melegitimasikan bahwa keputusan terakhir ada pada publik, sehingga terkesan tim proyek atau organisasi penyelenggara melepaskan tanggung jawabnya dalam membuat sebuah keputusan?

Sesungguhnya, tidak seperti itu. Justru, partisipasi masyarakat dapat membantu mereka untuk menjaga tanggung jawab yang seharusnya, dengan menyediakan jalan untuk partipasi masyarakat yang produktif.

Baca juga seri Kabar Dalam Negeri lainnyaMencari Pintu Masuk Integrasi TPB di Daerah

Pada akhirnya partisipasi masyarakat yang efektif dapat meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat, dengan membawa semua perspektif untuk dipertimbangkan. Sehingga, lahir keputusan yang terbaik bagi seluruh stakeholder, terutama untuk pihak-pihak yang terkena dampak proyek pembangunan secara langsung.

Sumber: Dasar-dasar Partisipasi Publik yang Efektif – IAP2

Review Hari Kedua di Pelatihan Dasar-dasar Partisipasi Publik

Pada hari kedua pelatihan berlangsung dengan sangat baik, pelatih melanjutkan materi Perencanaan/Planning yang disampaikan oleh Tanya Burdett. Tanya menyampaikan lima langkah perencanaan dalam partisipasi publik. Diantaranya adalah mendapatkan komitmen internal, belajar dari publik, pilih tingkat partisipasi, definisikan proses pengambilan keputusan dan identifikasi sasaran partisipasi publik, dan merancang rencana partisipasi publik.

Penjelasan secara lugas disampaikan oleh pelatih terkait pembahasan lima langkah perencanaan dari partisipasi publik. Hal pertama dalam melakukan rencana efektif dalam partisipasi publik adalah mendapatkan komitmen internal. Hal ini menjadi langkah pertama dikarenakan, mendapatkan tingkat komitmen yang sesuai adalah kunci utama dalam memastikan keputusan yang dihasilkan dapat menggerakan seluruh pemangku kepentingan agar dapat terlibat secara optimal dan efektif .

Para profesional partisipasi publik harus terlebih dahulu terlibat dan mendapatkan komitmen dari pemangku kepentingan internal untuk mendapatkan tingkat dukungan yang sesuai sebelum merencanakan setiap keterlibatan dengan para pemangku kepentingan eksternal. Lalu bagaimana caranya, adalah dengan melakukan pertemuan dengan tim partisipasi publik internal, untuk membahas sejarah organisasi yang mensponsori beserta harapan mereka. Hal tersebut perlu dilakukan diskusi terlebih dahulu dengan merumuskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini; siapa pengambil keputusan, apa pendekatan/riwayat/laporan mereka, jelaskan keputusan dan tujuan, mengidentifikasi pemangku kepentingan dan isu, dan apa saja harapan pemangku kepentingan/pengambil keputusan.

Pada dasarnya untuk mendapatkan dukungan komitmen internal akan bergantung pada budaya dan nilai partisipasi publik organisasi, pengalam partisipasi publik organisasi sebelumnya, nilai individu di dalam organisasi (apa motivasi mereka dan apa yang mempengaruhinya?), serta lingkungan operasi organisasi. Adapun pendekatan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan komitmen internal adalah dengan cara memaparkan beberapa hal, diantaranya mulai dari studi kasus, manfaat partisipasi publik, proyeksi biaya peluang (dampak potensial yang terjadi pada organisasi jika partisipasi publik tidak dijalankan dengan baik dan sesuai), dan proposal investasi bisnis (untuk menunjukan bagaimana partisipasi publik dapat menghasilkan laba atas investasi dan mendorong tujuan bisnis).

Pada kenyataannya mungkin akan kita temui beberapa organisasi yang ragu‐ragu untuk melibatkan publik dengan alasan itu bukan bagian dari budaya mereka. Mereka mungkin percaya bahwa publik tidak akan menambah nilai atau mereka mungkin tidak merasa bahwa mereka memiliki waktu atau kemampuan untuk mengakomodasi preferensi publik. Untuk itu perlu merumuskan sebuah pernyaatan keputusan yang efektif demi mendapatkan komitmen internal. Jika begitu, lalu yang menjadi petanyaannya adalah apa saja indikasi dari pernyataan keputusan yang efektif?

Pelatih pelatihan dasar-dasar partisipasi publik, menjelaskan bahwa terdapat beberapa indikator dari keputusan yang efektif diantaranya adalah pernyataan yang dibuat merupakan pernyataan yang jelas (menjelaskan apa masalah/peluang/masalah/proyek dan tentang bagaimana para pemangku kepentingan dapat berpartisipasi), mencerminkan kebutuhan pengambil keputusan dan para pemangku kepentingan, tentang sesuatu yang ingin diselesaikan atau digali oleh para pemangku kepentingan, pernyataan dinyatakan dengan jelas dalam bahasa masyarakat/umum, pernyataannya merupakan salah satu yang dapat diterima oleh sebagian besar pemangku kepentingan, dan juga yang mengikuti prinsip KISS (keep it simple and straight forward) – tetap sederhana dan lugas.

Setelah melakukan langkah pertama, kita berlanjut ke langkah perencanaan yang kedua yaitu belajar dari publik/pemangku kepentingan. Ada empat hal yang perlu dilakukan didalamnya diantaranya adalah persepsi keputusan, daftar pemangku kepentingan, hubungan pemangku kepentingan dengan isu, dan tinjau/perbaiki keputusan. Dalam menjelaskan langkah yang kedua ini pelatih mengadakan sebuah simulasi, berlatih bagaimana belajar dari pemangku kepentingan. Para peserta diminta untuk mencari pasangan, dimana satu orang berperan sebagai salah satu pemangku kepentingan didalam sebuah kasus dan yang satu lagi menjadi pewawancara. Dalam simulasinya ini lebih ditekankan pada proses wawancara, mencari tahu apa peran mereka dan apa masalah mereka (didalam kasus ini apa hal yang menjadi concern mereka, yang dianggap sebagai suatu masalah penting dalam proyek tersebut).

Lanjut penjelasan dari pelatih mengenai persepsi keputusan. Persepsi keputusan merupakan proses dalam memahami bagaimana orang merasakan seputar masalah dan peluang yang akan ditangani serta apa keputusan yang harus dibuat. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan wawancara secara langsung seperti yang dilakukan dalam simulasi tadi. Simulasi wawancara dilakukan dengan menggunakan form yang formatnya disediakan/diberikan pelatih, dari hasil wawancara tersebut kita dapat melakukan kategorisasi pemangku kepentingan; premier (mereka yang memiliki hubungan langsung ke proyek), sekunder (mereka yang memiliki kepentingan dalam proyek atau isu dan mungkin akan ikut terpengaruh), dan tersier (mereka yang memiliki kepentingan tetapi tidak terpengaruh). Selain dari kategorisasi pemangku kepentingan akan didapatkan juga korelasi antara stakeholder dengan isu yaitu; pengambil keputusan, pemberi pengaruh, yang berdampak, dan dipersepsikan.

Hal terakhir adalah meninjau/memperbaiki keputusan, memeriksa/memperbaiki pernyataan masalah/peluang yang akan ditangani dan keputusan yang akan dibuat. Suatu hal yang umum jika para pemangku kepentingan memiliki persepsi yang berbeda dengan pengambil keputusan terhadap suatu masalah, peluang dan atau isu yang ada. Perlu diingat juga bahwa dalam meninjau perbedaan/gap harus dilakukan bersama pembuat keputusan. Maka dari itu perlu dilakukan check and recheck apakah pernyataan keputusan yang sudah didiskusikan/dibuat akan menarik keterlibatan dari semua para pemangku kepentingan.

Berlanjut langkah ketiga adalah memilih tingkat partisipasi, ada tiga hal yang harus dilakukan didalamnya yaitu; menilai harapan internal dan eksternal, pilih tingkatannya berdasarkan spectrum partisipasi publik IAP2, dan yang terakhir adalah menilai kesiapan dari organisasi yang mensponsori. Pelatih memberikan lembar penilaian harapan internal dan eksternal untuk digunakan sebagai simulasi para peserta dalam sebuah kasus. Setelah dilakukan penilaian, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi harapan.

Melakukan pertimbangan atas bagan ringkasan harapan yang sudah didapatkan sebelumnya untuk dapat menentukan tingkatan partisipasinya di spectrum IAP2. Berdasarkan tingkat pemahaman tentang kebutuhan pemangku kepentingan internal dan eksternal ini, dapat dipilih tingkat partisipasi publik yang paling baik untuk memenuhi kebutuhan proyek dan kebutuhan pemangku kepentingan. Setelah kita sudah dapat menetapkan pilihan tingkat pada spectrum IAP2, penting untuk mengetahui kesiapan dari organisasi sponsor untuk melakukan program pada tingkat ini.

Untuk lebih memahami dalam mengetahui kesiapan dari organisasi sponsor ini, pelatih mengajak para peserta untuk bermain games di lobby gedung rektorat SGPP Indonesia, peserta dengan pelatih membentuk sebuah lingkaran kecil, kemudian pelatih melemparkan bola/benda berukuran kecil ke seseorang, setelah orang tersebut menerima bolanya dia harus melemparkan bolanya ke orang lain, secara terus menerus bergantian hingga orang terakhir. Permainan lebih ditingkatkan lagi, bukan hanya dengan satu bola, tetapi dengan banyak bola secara berurutan dengan pola operan/lemparan harus yang sama seperti pada bola pertama dengan tempo kecepatan operan lambat. Permainan pun semakin ditingkatkan lagi, bukan hanya dengan banyak bola yang harus dioper/dilemparkan tetapi kali ini dengan tempo melempar yang semakin lama semakin cepat.

Dapat diprediksi yang terjadi adalah kesemrawutan, banyak bola yang terjatuh bergelinding kemana-mana, dan ada yang memegang banyak bola ditangannya karena tidak sempat mengoper kembali. Para peserta dan pelatih pun saling tertawa melihat akhir dari permainan yang sangat seru ini. Setelah selesai, Barbara menjelaskan arti dari permainan ini, bahwa penting untuk kita mengetahui kesiapan dari partner/orang lain dalam memberikan penugasan atau tanggung jawab.

Selain itu dari sisi diri kita perlu fokus, dapat melihat situasi dan kondisi dari partner kita, apakah sedang overload atau tidak, agar “bola-bola” tersebut tidak bertempuk didirinya. Jika memungkinkan kita harus berikan waktu/jeda waktu dalam mengoper ke orang lain agar “bola-bola” tersebut dapat lancar teroper kesemua peserta sambil memanggil nama orang yang ingin kita berikan “bolanya”. Hal ini dapat dijadikan analogi dalam melihat kesiapan dari organisasi sponsor dan bahkan melihat kesiapan dari para pemangku kepentingan dalam mengemban tanggungjawabnya sesuai kadar dan fungsinya.

Dipenghujung hari kedua pelatihan, pelatih melanjutkan materinya yaitu langkah perencanaan yang keempat adalah mendefinisikan proses pengambilan keputusan dan identifikasi sasaran partisipasi publik. Didalam langkah ini ada beberapa yang perlu dilakukan, diantaranya adalah mengembangkan sasaran partisipasi publik, memahami proses keputusan yang ada, menetapkan sasaran partisipasi publik untuk setiap langkah dalam proses keputusan, menghubungkan proses keputusan dengan sasaran, dan kemudian memastikan sasaran memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan.

Kamis, 6 September 2018. 10:25 WIB