Budaya Like, Share, dan Follow: Apakah Itu Bentuk Partisipasi Nyata?

IAP2 Indonesia – Di era digital saat ini, aktivitas seperti memberikan “like,” “share,” dan “follow” dalam berbagai platform media sosial telah menjadi bagian budaya yang sangat umum. Fenomena ini sering disebut sebagai budaya partisipasi digital, di mana pengguna tidak hanya menjadi konsumen pasif informasi, tetapi juga terlibat aktif dalam menyebarkan dan merespons konten yang ada. Namun, muncul pertanyaan kritis: apakah budaya ini merupakan bentuk partisipasi nyata?

Budaya partisipasi digital menandai perubahan dari penonton pasif menjadi partisipan aktif yang mampu memproduksi, membagikan, dan mengembangkan konten digital. Media sosial membuka ruang bagi individu untuk berkomunikasi, berbagi pendapat, dan berkontribusi dalam komunitas maya. Fenomena ini membawa masyarakat ke dalam era cyberculture, di mana interaksi sosial berlangsung tidak hanya di dunia nyata tetapi juga di dunia maya.

Kegiatan memberi “like” dan “share” dapat dikatakan sebagai bentuk awal atau dasar dari partisipasi digital karena merupakan cara mudah dan cepat untuk menunjukkan respon atau dukungan terhadap suatu konten. Namun, partisipasi yang lebih dalam bisa melibatkan diskusi, produksi konten baru, serta kontribusi aktif dalam komunitas yang menghasilkan nilai tambah dan perubahan nyata.

Apakah Like, Share, dan Follow Merupakan Bentuk Partisipasi Nyata?

budaya partisipasi digital

Sumber: dreamstime com

Secara teknis, aktivitas like dan share adalah bagian dari partisipasi dalam budaya digital karena memungkinkan penyebaran informasi yang cepat dan meningkatkan interaksi sosial di media digital. Tetapi, fenomena ini juga sering dianggap sebagai partisipasi yang bersifat dangkal atau lamban (slacktivism), di mana keterlibatan hanya sebatas klik tanpa aksi lanjutan yang berdampak signifikan di dunia nyata.

Berdasarkan studi pada komunitas penggemar media dan fandom, partisipasi yang bernilai lebih tinggi adalah yang mengubah pengalaman mengkonsumsi menjadi produksi budaya baru, seperti menciptakan konten, berdiskusi secara mendalam, dan kolaborasi antar anggota komunitas. Ini menunjukkan bahwa partisipasi nyata memerlukan kontribusi aktif yang lebih substansial dibanding hanya sekadar like atau share.

Nilai Partisipasi Digital dalam Konteks Sosial

budaya partisipasi digital

Sumber: vecteezy

Budaya seperti like dan share juga memiliki peran penting terutama di kalangan generasi muda seperti Gen-Z. Media sosial menyediakan ruang bagi mereka untuk mengekspresikan suara, mengikuti perkembangan politik, dan menyebarkan konten yang bisa membentuk opini publik. Namun, observasi menunjukkan bahwa tingkat partisipasi yang aktif dan kritis masih rendah, banyak yang hanya mengikuti dan memberi reaksi, tanpa keterlibatan lebih lanjut dalam aksi nyata atau sosial.

Budaya like, share, dan follow di media sosial membawa berbagai dampak, baik yang positif maupun negatif, yang perlu dipahami agar pengguna dapat lebih bijak dalam berpartisipasi.

Dampak Positif

budaya partisipasi digital

Sumber: shutterstock

Budaya ini memudahkan orang untuk terhubung dan menjaga hubungan sosial, meskipun terpisah jarak fisik. Like dan share dapat memperkuat rasa memiliki dan dukungan di komunitas digital, membuat penggunanya merasa dihargai dan diterima. Selain itu, media sosial menjadi sumber informasi cepat dan edukasi yang memungkinkan pengguna untuk memperluas wawasan dan koneksi sosial. Aktivitas ini juga bisa memicu kesadaran sosial dan memobilisasi aksi kolektif dalam isu-isu sosial dan politik, sehingga mempercepat perubahan positif di masyarakat.

Baca Juga : 3 Contoh Kisah Sukses Partisipasi Publik di Indonesia yang Inspiratif

Dampak Negatif

budaya partisipasi digital

Sumber: kindpng

Meski demikian, budaya ini juga memiliki sisi gelap. Keterlibatan yang hanya sebatas like dan share bisa menimbulkan perasaan dangkal dan kurang kontribusi nyata. Media sosial sering memicu perbandingan sosial yang tidak sehat, membuat pengguna merasa rendah diri dan mengalami gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Selain itu, penyebaran informasi palsu (hoax), cyberbullying, dan distorsi realitas menjadi masalah serius yang muncul dari interaksi di media sosial. Ketergantungan pada validasi lewat like dan komentar juga dapat mengurangi kepercayaan diri pengguna dan menyebabkan kecanduan digital.

 

Referensi

Gramedia. (2024, September 19). Media sosial: Pengertian, asal, hingga dampak positif dan negatif.

Secret Driver. (2025, Januari 30). Benarkah media sosial membawa kebahagiaan?

Alodokter. (2024, November 4). Ini dampak media sosial yang mungkin tidak disadari.

PGMI UNUHA. (2024, Juni 4). Dampak positif dan negatif sosial media bagi pelajar.

Bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *