COVID 19 dan Digital Engagement

COVID 19 dan Digital Engagement

Wabah Pandemi Virus Corona atau disebut juga dengan COVID-19 telah menggerakkan fokus seluruh dunia ke arah yang sama, yaitu mencari solusi terbaik untuk mengakhiri wabah ini sekaligus juga bersiap menghadapi situasi paska-wabah. IAP2 Indonesia sangat menyadari situasi tersebut dan sedang melakukan beberapa adaptasi dalam programnya dengan tetap memastikan terselenggaranya pelibatan Partisipasi Publik.

Dalam diskusi webinar bersama School of Government and Public Policy (SGPP) Indonesa minggu lalu, dibahas dampak Covid-19 terhadap kondisi ekonomi di Indonesia dan respon kebijakan global di tengah wabah Covid-19 yang sedang terjadi. Banyak negara-negara tanpa memandang negara maju ataupun berkembang terkena dampak wabah ini, ditunjukkan dengan berbagai indikator ekonomi diantaranya seperti angka-angka pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat pengangguran, tingkat inflasi, indeks harga saham, yang memburuk. Bahkan negara-negara adidaya dan maju seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa pun tidak imun terhadap efek dari Pandemi ini.

Sebelum Pandemi COVID-19 terjadi, negara-negara di dunia berada dalam hubungan mutualisme-simbiosis, sebuah hubungan saling bermanfaat bagi kedua belah pihak. Bukan rahasia lagi bahwa Tiongkok menjadi rumah bagi pabrik-pabrik yang produk-produk dunia yang bermarkas besar di Amerika. Saat terjadi Pandemi, usaha memotong rantai penyebaran virus menjadi fokus utama seluruh negara. Hal ini berimbas pada mobilisasi transportasi barang dan jasa antar wilayah, baik dalam negeri maupun luar negeri. Supply yang terhambat otomatis menjadikan demand tidak terpenuhi dan mengakibatkan roda perekonomian serta pemenuhan kebutuhan menjadi lumpuh. Contoh nyata adalah masker buatan pabrik Tiongkok tidak dapat terkirim ke Amerika dengan tepat waktu karena Pandemi. Sementara itu, kebutuhan masker sangat tinggi karena diyakini menjadi pertahanan sederhana dalam melawan virus. Bila tidak tertangani dengan tepat situasi ini dapat menjadi salah satu kontributor tingginya penyebaran virus, dan pada akhirnya berdampak pada perekonomian global.

Global Tourism Industry adalah salah satu industri yang merasakan besarnya dampak COVID-19. Peraturan lock-down menyebabkan mobilitas orang menjadi terbatas. Masyarakat mengurangi bepergian bahkan tidak melakukan perjalanan wisata sama sekali dan lebih banyak berada di dalam rumah. Tingkat hunian hotel menurun drastis dan restoran sepi pengujung. Sementara itu gaji rutin para pegawai berasal dari pelanggan yang menginap dan menikmati hidangan. Menutup hotel dan restoran menjadi solusi yang diambil pelaku usaha agar beban perusahaan tidak berkepanjangan. Namun berakibat angka pengangguran pun meningkat dan menambah beban persoalan ekonomi dunia. Krisis kesehatan akibat wabah COVID-19 berubah menjadi krisis ekonomi secara global.

Untuk kasus di Indonesia, IAP2 Indonesia memposisikan diri sebagai pendukung program-program yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia sekaligus juga secara aktif turut berupaya memitigasi dan mengadvokasi akuntabilitas program-program dan inisiatif yang terkait dengan COVID-19, dengan mendorong pemanfaatan Lima Spektrum Partisipasi Publik, yaitu Inform (Menginformasikan), Consult (Mengkonsultasikan), Involvement (Keterlibatan), Collaborate (Berkolaborasi) dan Empowerment (Memberdayakan).

Strategi global dalam beradaptasi dengan COVID-19 dilakukan oleh hampir semua perusahaan, institusi, lembaga pemerintah dan non pemerintah di berbagai belahan dunia. Penerapan social distancing dan self-distancing mewujud pada peniadaan pertemuan fisik dan menggantinya dengan penggunaan media daring (online-media) yang menjadi trend dan wajib dilakukan. Penggunaan media daring juga telah dilakukan oleh IAP2 Internasional dalam mengadaptasi modul-modul trainingnya, sehingga muncul berbagai kelas daring dan sesi diskusi daring atau webinar. Dalam mengadaptasi modul-modulnya,  IAP2 Indonesia berkolaborasi dengan SGPP Indonesia sebagai institusi Pendidikan yang saat ini juga harus merubah strategi proses belajar mengajarnya dengan metode pembelajaran daring. Kolaborasi tersebut akan ditindak-lanjuti dengan program-program Webinar dan Advokasi Digital untuk meningkatkan Partisipasi Publik dan Kemitraan Multi Pihak. Program webinar ini menjadi kelanjutan dari Kerjasama yang telah dilaksanakan melalui International Forum for Public Participation and Stakeholder Engagement di Bangkok pada tahun 2019. Ide-ide untuk melakukan kolaborasi  dalam kegiatan tersebut bisa terlaksana dengan kontribusi kapasitas yang dimiliki oleh masing-masing Lembaga yang terlibat. Dengan cara ini diharapkan Pandemi bukan menjadi hambatan bagi IAP2 Indonesia bersama SGPP Indonesia dalam menyebarkanluaskan informasi dan mengedukasi masyarakat terkait Partisipasi Publik, apalagi saat ini IAP2 Indonesia sedang bersiap meluncurkan kampanye global Year of Participation. ***IS

* Artikel berdasarkan Diskusi dengan SGPP Indonesia(16042020)

Sumber Foto:
Photo by Markus Spiske from Pexels

Bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *