Sudah siap dengan review yang akan kita bahas kali ini pada pelatihan dasar?, langsung saja tanpa banyak basa-basi lagi kita akan masuk ke pembahasan modul yang kedua yaitu teknik efektif partisipasi publik. Masuk di hari keempat ini pelatih memulai pembahasannya melalui slide presentasinya, terdapat point-point dari materi yang akan dibahas. Beberapa point yang dipaparkan diantaranya adalah pengalaman melakukan teknik partisipasi publik yang disebut World Café yaitu memperkenalkan teknik untuk berbagi informasi, teknik untuk mengumpulkan dan menyusun informasi, dan teknik untuk menyatukan orang bersama.
Selanjutnya pada modul kedua, pelatih memulai dengan mengadakan simulasi menggunakan salah satu teknik dalam mengumpulkan orang bersama yaitu World Café. Trainer pelatihan dasar ini menyampaikan aturan mainnya, peserta dibagi menjadi 3 kelompok, dan ditiap meja ditentukan pembahasannya untuk kasus yang sudah ditentukan untuk dibahas. Dalam sesi ini pembahasannya adalah apa tantangan utama yang anda hadapi dalam pelibatan pemangku kepentingan, dan apa yang mungkin menjadi faktor pendukungnya, waktu yang diberikan hanya 25 menit. Tentunya waktu tersebut bagi sebagian orang mungkin kurang namun setiap “permainan” pasti ada rules-nya bukan?. Dan ini merupakan simulasi yang apabila dilakukan pada prakteknya bisa lebih cepat atau lama.
Oke, “rules” selanjutnya adalah disetiap meja harus ada yang menjadi pencatat pendapat dari tiap peserta setelah dilakukan pencatatan semuanya, kemudian tiap peserta harus pindah berganti dengan peserta dari kelompok lainnya untuk saling bertukar pendapatnya, dan si pencatat tetap berada dimejanya untuk mencatat “suara” dari peserta dari kelompok lainya, sekaligus menyampaikan apa hasil rangkuman dari apa yang dicatatnya. Setelah waktu habis, tiap peserta diminta duduk ditempatnya masing-masing, dan pelatih menyampaikan beberapa karakteristik dari World Café ini diantaranya adalah penampilan informal dengan basis terstruktur, pergerakan orang, pertanyaan-pertanyaan awal dan pertanyaan-pertanyaan yang belum kita dapatkan jawabannya, kontribusi, keingintahuan, energy tinggi. Seperti pada kutipan dari Adam Kahane “To change the world is to change the way you talk and listen”, diskusi ini merupakan bentukan untuk menyatukan/mengumpulkan orang dalam satu forum bukan hanya berbicara dan ingin didengar tetapi juga mendengarkan pendapat atau pandangan orang lain. Mari kita mulai berlatih berdiskusi yang baik dan santun sejak sekarang.
Mungkin Anda bertanya-tanya apa lagi sih yang menjadi “identitas” dari teknik World Cafes. Apakah ada prinsip didalamnya? Yup, Anda benar sekali. World Cafes ini memiliki 7 prinsip diantaranya adalah mengenali konteks yang dibahas, menghadirkan ruang yang ramah, mengeksplorasi pertanyaan yang penting, mendorong setiap orang untuk berkontribusi, menghubungkan beragam sudut pandang, saling mendengar untuk menambah wawasan, berbagi setiap penemuan yang dikumpulkan. Selain dari pada didukung oleh 7 prinsip tersebut, ada 3 elemen penting dalam mengajukan pertanyaan didalamnya, diantaranya adalah pertanyaan yang dilempar harus bersifat terbuka, ruang lingkup, dan tidak ada asumsi.
Setelah diskusi selesai dilakukan, kemudian pelatih meminta kepada tiap peserta untuk mengambil kertas A5 masing-masing tiga lembar, kemudian peserta diminta untuk menuliskan tiga hal penting menurut anda dari diskusi “World Cafes” tadi bukan tentang prosesnya, dituliskan masing-masing 1 hal ditiap lembar kertas. Kemudian dari 3 hal yang sudah ditulis tadi pelatih pelatihan dasar meminta peserta untuk merumuskan buah pikirannya kedalam sebuah kalimat minimal 5-7 kata di atas sebuah kertas A5 dengan tulisan besar menggunakan spidol teknik ini dinamakan card storming. Card storming adalah proses untuk mengumpulkan masukan atau tanggapan terhadap pertanyaan dari sejumlah besar orang dengan cara yang membantu mengidentifikasi banyak ide dan isu tentang suatu topik dan kemudian mengaturnya ke dalam kelompok yang biasa. Semua orang merasa dilibatkan dan dapat melihat kontribusi mereka terkandung dalam pemikiran kelompok. Keuntungan menyampaikan pendapat dengan teknik card storming para peserta tak perlu sungkan atau malu untuk mengungkapkan pendapatnya. Kemudian semua orang dapat membca pendapat dari masing-masing peserta dan mengelempokannya pada topik yang sama.
Simulasi dari teknik World Cafes dapat berjalan dengan baik dan semua peserta begitu antusias menjalankannya dan merasakan keefektifan dari salah satu teknik partisipasi publik ini yang terklasifikasi kedalam spectrum IAP2 yaitu libatkan (involve), berkolaborasi (collaborate), dan menguasakan (empower). Membaca keseruan dari simulasi ini berlangsung, pasti membuat Anda ingin menerapkannya juga kan sekarang?.
Eiits, tunggu dulu, jangan sekarang ini juga, karena masih ada banyak teknik lainnya yang bisa dipakai, oke kita lanjut. Setelah simulasi selesai dilakukan kemudian pelatih pelatihan dasar meminta peserta untuk memberikan/menempelkan stiker tanda lingkaran hijau (sudah mengerti) dan tanda lingkaran merah (belum mengerti), disetiap kartu-kartu yang tertulis nama-nama teknik dalam partisipasi publik, diantaranya ada yang sudah begitu familiar ada yang masih asing namanya. Ketika pemberian stiker warna tersebut selesai, pelatih menjelaskan tujuan dari apa yang dilakukan oleh peserta tadi. Hal ini dilakukan guna memberikan gambaran singkat untuk pelatih dapat mengetahui teknik-teknik mana yang akan dijadikan bahan penjelasan lebih dalam lagi dihari berikutnya, dan mengingat singkatnya waktu pelatihan, dan banyaknya teknik yang dapat dilakukan dalam partisipasi publik. Nah, langsung saja kita lanjut ke pembahasan teknik yang lain. Check this out!
Kalau Anda bertanya-tanya, memang ada teknik yang sama efektifnya selainnya world cafes? Iya, ada kok, yaitu teknik wawancara. Hah wawancara? Itu kan biasa. Pasti dari Anda ada yang terbesit seperti ini, tunggu dulu, mari kita simak bersama-sama penjelasannya. Diruang kelas pelatih memberikan gambaran dari apa dan bagaimana bentuk dari salah satu teknik mengumpulkan dan menyusun masukan. Teknik wawancara ini termasuk kedalam klasifikasi dari spectrum IAP2 yaitu informasikan (inform) dan mengkonsultasikan (consult). Didalam slide presentasinya pelatih pelatihan dasar menyampaikan kegunaan dari teknik wawancara diantaranya adalah mengumpulkan informasi untuk merancang proses partisipasi publik, digunakan dalam memfasilitasi proses partisipasi publik, untuk dapat menemukan informasi sensitif/konflik/opini yang tidak popular, menemukan opini yang kuat sebelum mereka menghadiri pertemuan publik, dan mempersiapkan individu untuk berpartisipasi dalam pertemuan yang lebih besar skalanya. Nah, bagaimana, tentu dari kita tidak banyak menyadari kalau wawancara itu bukan sekedar wawancara belaka, yang hanya mengajukan segrombolan pertanyaan dan minta dijawab. Masih ingin tahu teknik apa lagi sih yang ada didalam partisipasi publik? Stay tune di artikel berikutnya.
Jumat, 21 September 2018 11.20 WIB